AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Dukungan Amerika Serikat (AS) yang berkelanjutan terhadap Ukraina selama operasi militer khusus Rusia telah menempatkan AS di ambang menjadi pihak yang terlibat dalam konflik Ukraina.
Peringatan itu disampaikan langsung oleh Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Ryabkov.
“Kami tidak ingin eskalasi, kami ingin menghindari situasi, di mana AS menjadi pihak dalam konflik, tetapi sejauh ini kami tidak melihat kesiapan pihak lain menanggapi peringatan ini dengan serius,” kata Sergey Ryabkov kepada saluran TV Rossiya 1 pada Jumat (19/08).
Ditambahkan, Moskow menolak penjelasan Washington bahwa memberikan Ukraina senjata dan bantuan lainnya dibenarkan untuk hak Kyiv membela diri.
Sergey Ryabkov menambahkan, keterlibatan yang semakin jelas dan lebih dalam di Ukraina dalam hal melawan operasi militer khusus Rusia, pada kenyataannya menempatkan AS di ambang menjadi pihak yang terlibat langsung dalam konflik.
Seperti diketahui, AS memang telah menjadi pendukung terkuat Ukraina di tengah konfliknya dengan Rusia.
Paman Sam telah menggelontorkan dana miliaran dolar ke Kyiv dalam bentuk bantuan militer dan keuangan, serta data intelijen strategis ke militer Ukriana sejak perang yang dimulai pada Februari 2022 lalu.
Bantuan senjata AS seperti peluncur roket multi laras HIMARS, howitzer M777, dan drone intai hingga drone kamikaze membuat kewalahan pasukan Rusia dalam palagan di Ukraina timur.
Terakhir, pada Jumat (19/8), Presiden AS Joe Biden mengumumkan akan memberikan paket bantuan baru untuk Ukraina hampir 800 juta dolar AS.
Bantuan ini berupa munisi (roket berpemandu) untuk HIMARS, meriam tarik 105 mm beserta munisinya, rudal anti tank Javelin dan TOW, sistem rudal pertahanan udara NASAMS, rudal anti radar AGM-88 HARM, serta drone intai Scan Eagle.
Peralatan perang tambahan ini akan memperkuat pasukan Ukraina menghadapi pasukan Rusia terutama di wilayah Ukraina timur hingga menyerang wilayah yang diduduki Rusia seperti Krimea.
-RBS-