AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Sudan dikabarkan tertarik untuk mengakuisisi jet tempur J-10C dari China.
Langkah ini diambil negara di timur laut benua Afrika itu karena gagal mendapatkan Su-35 dan Su-30SM dari Rusia.
Sudan sejak 2017 telah membahas pembelian pesawat tempur kelas berat dari Rusia saat pemerintahan di bawah kendali Presiden Omar Al Bashir.
Angkatan Udara Sudah berharap pada tahun 2020 sudah mendapatkan jet yang diinginkan.
Namun dalam perjalanan kemudian seiring jatuhnya pemerintahan Bashir, pemerintah Sudan yang baru mengalihkan haluan minatnya kepada jet tempur buatan Barat.
Saat keinginan untuk memperoleh jet tempur buatan Barat juga mandek, Sudan akhirnya melirik jet tempur buatan China J-10C.
Angkatan Udara Sudan menunggu jet tempur baru pengganti MiG-29, Su-24, dan Su-25.
Chengdu J-10C adalah pesawat tempur bermesin tunggal, multiperan yang mampu beroperasi di segala cuaca.
Pesawat dikonfigurasi dengan desain sayap delta dan ber-canard.
J-10C dibekali sistem kontrol penerbangan fly-by-wire (FBW).
Kokpitnya dilengkapi tiga liquid-crystal display (LCD), multi-function display (MFD), dan holographic head-up display (HUD) yang dikembangkan secara lokal.
Pesawat telah mengakomodasi active phased array airborne radar dan menggunakan mesin buatan lokal WS-10 menggantikan Lyulka-Saturnus AL-31 FN buatan Rusia.
Jet yang dijuluki NATO sebagai Firebird ini dipersenjatai dengan kanon tetap tunggal Gryazev-Shipunov GSh-23 dan tersedia total 11 gantungan senjata.
Di antara persenjataan yang bisa dibawa adalah rudal udara ke udara PL-10, PL-15, lalu rudal udara ke permukaan KD-88, YJ-91 dan bom berpemandu laser LT-2, bom luncur LS-6, GB3, GB2A, GB3A dan bom berpemandu satelit FT-1.
Dilaporkan sejak 2002, Chengdu telah memproduksi sebanyak 480 pesawat yang digunakan oleh Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat (PLAAF), 80 di antaranya adalah varian J-10C.
-Jaden/RBS-