AIRSPACE REVIEW (airspac-review.com) – Pada awal 1970-an, Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat (PLAAF) mulai mencari pembom (Hong) baru untuk menggantikan Harbin H-5 (turunan Il-28) dan pesawat serang Nanchang Q-5 (turunan MiG-19).
Sebuah permintaan kemudian diajukan ke Kementerian Industri Penerbangan (kini bersalin nama menjadi Aviation Industry Corporation of China/AVIC).
Program ini kemudian disahkan pada 19 April 1983, pengembangannya dipimpin oleh Xian Aircraft Industrial Corporation (XAC) yang juga dikenal sebagai pembuat pembom H-6 (salinan Tu-16).
Pembom baru ini juga memiliki kemampuan bertempur sehingga dijuluki sebagai JH-7 (Jiān Hōng = Tempur Pembom) atau dengan nama ekspor FBC-1 (Fighter Bomber China).
Pada perjalanannya, pembom berawak dua ini kemudian dikembangkan untuk kebutuhan Angkatan Udara (PLAAF) dan Dinas Penerbangan Angkatan Laut (PLANAF).
Varian PLAAF dirancang sebagai jet pembom/serang segala cuaca jarak jauh, penanggulangan elektronik (ECM), dan kemampuan mengikuti kontur bumi. Sementara versi PLANAF sebagai jet pengintai/serang anti kapal.
Sebanyak enam prototipe dibangun oleh XAC dan sukses menjalani penerbangan pertamanya pada 14 Desember 1988.
Pesawat pra-produksi pertama JH-7 masih menggunakan sepasang mesin impor Rolls-Royce Spey Mk.202 dari Inggris, kelak digantikan oleh WS-9 yang dibuat berdasarkan lisensi.
JH-7 generasi awal dilengkapi dengan radar multifungsi Type 243H, yang dapat mendeteksi kapal pada jarak maksimum 175 km dan target udara berukuran MiG-21 pada jarak 75 km.
Untuk meningkatkan kemampuannya, XAC kembali menyempurnakan JH-7 dengan mencangkokkan beberapa teknologi modern yang dikenal sebagai JH-7A.
Jet baru ini telah menggunakan struktur komposit untuk mengurangi beratnya. Beban senjata JH-7A juga meningkat dengan penambahan dua cantelan di bawah sayap dan dua cantelan di bawah trunking intake untuk pod misi seperti pod penargetan.
JH-7A mendapatkan prningkatan avionik meliputi penggantian noise jammer Type 960-2 dengan BM/KJ-8605, mengganti altimeter radar Type 265A dengan altimeter radar Type 271.
Termasuk juga penggantian radar udara Type 232H digantikan oleh radar pulse-Doppler JL-10A , memungkinkan JH-7A untuk meluncurkan bom berpemandu laser dan rudal anti radiasi Kh-31 P.
Lalu sistem kontrol penerbangan fly-by-wire yang sepenuhnya digital, serta dilengkapi dengan helmet mount sight (HMS) domestik yang dikembangkan oleh Xi’an Optronics Group (Xi Guang Ji Tuan).
Pada gelaran Zhuhai Airshow 2021, XAC kembali memperkenalkan varian terbaru baru dijuluki JH-7A ll yang kemampuannya telah ditingkatkan. Dilaporkan JH-7A ll ini sendiri telah digunakan sejak Agustus 2019 oleh PLAAF.
Total sekitar sekitar 270 pesawat telah diproduksi oleh XAC untuk PLAAF dan PLANAF. Untuk meningkatkan jumlah produksi, varian ekspor JH-7E juga telah ditawarkan, namun belum mendapatkan pelanggan hingga saat ini.
-RBS-
Karakteristik umum JH-7A:
* Kru: 2
* Panjang: 22,32 m
* Rentang Sayap: 12,8 m
* Tinggi: 6,22 m
* Berat lepas landas maks. (MTOW) 28.475 kg
* Mesin: 2 × turbofan Xian WS-9 Qinling berdaya, 54,29 kN atau 91,26 kN dengan afterburner
* Kecepatan maksimum: 1.808 km/jam
* Ketinggian terbang maksimum: 16.000 m
* Jangkauan tempur: 1.760 km dengan satu kali pengisian bahan bakar dalam penerbangan atau 900 km tanpa pengisian bahan bakar
* Senjata tetap: 1 × 23 mm twin-barrel GSh-23 L autocannon, 300 peluru
* Hardpoint: 9 titik dengan kapasitas 9.000 kg.
* Rudal udara ke udara: PL-5, PL-8, PL-9, PL-12
* Rudal anti kapal: Yingji-8 K, Yingji-82 K
* Rudal udara ke permukaan serbaguna: CM-802A, KD-88, C-705
* Rudal anti radiasi: Yingji-91, LD-10, CM-102
* Bom dipandu laser: GB1, GB5, GB100
* Bom dipandu satelit: LS-6, FT-12, GB6, FT-2, FT-3, FT-6