AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Diehl Defense dari Jerman sedang mengembangkan rudal udara ke udara masa depan untuk digunakan oleh jet tempur siluman generasi keenam FCAS/SCAF Jerman-Spanyol.
Rudal yang dikembangkan ini dikenal sebagai IRIS-T FCAAM (Future Combat Air-to-Air Missile).
Dimensinya kurang lebih seukuran rudal IRIS-T. Rudal baru ini nantinya akan bermain di kelas rudal udara ke udara jarak pendek.
Desain IRIS-T FCAAM menunjukkan desain masa depan di mana rudal tidak selalu harus berbentuk silindri.
Rudal ini memiliki bagian persegi panjang dengan garis-garis di sepanjang sisi atas tubuh dan hidung piramidal yang berisi pencari di ujungnya.
Perusahaan mengatakan, rudal ini akan mempertahankan IR multi-spektral namun lebih canggih di mana akan diintegrasikan sejumlah algoritma berbasis Artificial Intelligence.
Sirip belakang tidak dipasang secara simetris seperti yang biasa kita lihat. Bagian atas memiliki sudut lebih lebar, sementara dua sirip di bawah badan lebih dekat ke vertikal.
Tautan data akan memungkinkan pembaruan rudal menggunakan sensor berbasis platform. Awan sensor akan menyediakan data terdistribusi yang diperoleh melalui jaringan.
Perusahaan tidak mengatakan lebih rinci mengenai hulu ledak yang akan digunakan. Konversi hulu ledak otonom, ujarnya, tergantung pada target, seperti diberitakan EDR Magazine.
Yang jelas, kemampuan identifikasi akan memungkinkan FCAAM untuk memilih mode peledakan terbaik sesuai dengan jenis targetnya.
Hal ini akan memungkinkan untuk menjaga agar rudal tetap terkunci pada targetnya dalam situasi pertarungan anjing yang menyediakan benteng Zona Larangan Terbesar yang mungkin untuk kategori rudal udara-ke-udara ini.
Jangkauan FCAAM lebih jauh, yakni 37 km dibandingkan dengan IRIS-T yang 25 km. Rudal mampu menyimpan beberapa energi untuk fase keterlibatan terakhir, ditambah dengan sistem vektor dorong cerdas. Dengan fitur ini, akan meningkatkan kemampuan manuver akhir yang cukup besar.
Untuk kecepatan, IRIS-T FCAAM akan tetap di bawah Mach 4. Diehl Defense mengatakan, kecepatan yang lebih tinggi akan menimbulkan kerugian bagi pencari multi-spektral IR.
Pencari berbasis AI akan secara inheren tahan terhadap InfraRed dan Direct InfraRed Countermeasures (IRCM/DIRCM).
-Jaden-