AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Dibandingkan biro desain Mil yang menjadi pesaingnya, biro spesialis perancang helikopter Kamov lebih banyak mengembangkan helikopter varian militer dibandingkan kebutuhan sipil.
Andalan utama mereka di pasar sipil saat ini adalah keluarga heli ringan Ka-226, lalu di kelas medium Ka-32 dan terbaru Ka-62 yang tak lagi menggunakan rotor koaksial yang menjadi ciri khas Kamov.
Bercerita khusus mengenai Ka-32, helikopter angkut serbaguna sipil ini dikembangkan dari Ka-27 Helix yang dikenal sebagai helikopter militer berbasis kapal andalan AL Uni Soviet (kini diteruskan oleh Rusia).
Helikopter mengusung rotor model koaksial, bertumpuk dua (masing masing tiga bilah) dan berputar berlawanan arah, yang tak memerlukan rotor ekor penstabil.
Ka-32 versi awal dibekali mesin turboshaft Isotov TV3-117V, masing-masing berdaya 1.660 kW (2.230 hp).
Sementara versi terbaru telah menggunakan mesin Klimov VK-2500PS-02 yang lebih efisien dan bertenaga.
Mengenai performanya, Ka-32 memiliki kecepatan maksimum 270 km/jam, ketinggian terbang hingga 5.000 m dan jangkauan operasi sejauh 980 km.
Untuk mengoperasikannya, Ka-32 membutuhkan 2-3 kru dan dapat menampung 16 orang penumpang atau muatan kargo 4.000 kg.
Sejak diproduksi pada awal tahun 2.000-an, sekitar 240 Ka-32 telah dibangun dan digunakan di 30 negara dunia.
Operator terbesar datang dari Korea Selatan yang mengoperasikan 60 Unit.
Indonesia juga termasuk sebagai salah satu pengguna Ka-32.
Di Tanah Air, seri Ka-32A11BC dioperasikan oleh Pegasus Air Services, yang pernah disewa oleh BNPB sebagai heli pemadam kebakaran dari udara.
Ka-32A11BC ini dilengkapi dengan sistem pemadam kebakaran model gantung Bambi Bucket dengan kapasitas hingga lima ton air atau cairan khusus pemadam api.
-RBS-