AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Guna menggantikan helikopter kelas berat Z-8 gaek (lisensi Aérospatiale SA 321 Super Frelon) yang telah berdinas sejak 1989, Militer China menginginkan heli angkut modern.
Z-18
Sebagai pelaksana proyek ditunjuk Changhe (CAIC) yang juga pembuat Z-8. Helikopter angkut berat baru ini mendapatkan kode resmi Z-18.
Badan pesawat dilaporkan menggunakan banyak material titanium dan komposit yang lebih ringan tapi lebih kuat dibandingkan alumunium.
Z-18 menerapkan permukaan lambung datar meninggalkan bentuk perahu (amfibi) pada Z-8 dan menggunakan pintu rampa dibagian buritan.
Sebagai heli modern, Z-18 telah mengadopsi glass cockpit dan didukung tiga mesin turboshaft WZ-6C buatan dalam negeri sebagai penggeraknya.
Heli dengan berat lepas landas maksimum (MTOW) adalah 13,8 ton ini diawaki dua kru dan menampung 27 penumpang atau 15 tandu.
Z-18 dilaporkan telah melakukan penerbangan perdananya pada 2014 dan mulai berdinas untuk Tentara Pembebasan Rakyat Angkatan Darat (PLAGF) pada Januari 2018.
Setidaknya saat ini ada empat varian Z-18, pertama Z-18A varian transportasi serbaguna, kedua Z-8L varian dengan badan lebih panjang dan sponson bahan bakar yang diperbesar.
Versi ketiga dan keempat merupakan berbasis kapal perang besar, yakni Z-18F varian ASW dan Z-18J varian Airborne Early Warning (AEW).
Selain versi militer, Changhe mengembangkan versi sipil AC313 berbasis Z-18F dan AC313A yang lebih panjang berbasis Z-18L.
Z-19
Heli modern China selanjutnya adalah Harbin Z-19 juga disebut sebagai WZ-19. Merupakan helikopter pengintai/serang ringan berawak dua.
Heli dengan berat lepas landas maksimum (MTOW) 4.250 kg ini dibekali dua mesin turboshaft WZ-8C buatan lokal.
Prototipe Z-19 sukses melakukan penerbangan perdananya pada 2011, dan resmi berdinas untuk PLAGF tahun 2012, total sekitar 180 telah operasional.
Tak seperti heli serang Change Z-10 yang tidak dijual keluar, maka Harbin Z-19 tersedia versi untuk ekspor yang ditunjuk sebagai Z-19E.
Z-20
Heli modern berikutnya yakni seri Z-20 yang dikembangkan oleh Harbin, sebagai helikopter utilitas kelas medium.
Keberadaannya sering dianggap sebagai tiruan Sikorsky UH-60 Black Hawk dari Amerika Serikat, karena kemiripan desain dan spesifikasinya.
Purwarupa Z-20 pertama kali diterbangkan pada 23 Desember 2013. Mulai berdinas untuk PLAGF pada 1 Oktober 2019.
Heli dengan berat lepas landas maksimum (MTOW) kisaran 10 ton ini disokong dua mesin turboshaft WZ-10 buatan dalam negeri.
Z-20 diawaki dua kru dan dapat menampung 12-15 pasukan bersenjata yang menerbangkannya sejauh 560 km.
Setidaknya ada dua varian utama yakni Z-20 untuk Angkatan Darat dan Z-20F untuk Angkatan Laut berbasis kapal. Kedua varian ada juga yang dilengkapi 8 rudal KD-10 sebagai heli serbu.
AHL
Kini Avicopter (induk HAIG dan CAIC) tengah menggarap proyek helikopter angkut super berat disebut Advanced Heavy Lifter (AHL), yang diperkenalkan pada Airshow China 2021 di Zhuhai.
Helikopter AHL ini dikembangkan Avicopter bersama Russian Helicopters. Dirancang memiliki berat lepas landas maksimum (MTOW) 38,2 ton dan kapasitas muatan 10-15 ton.
Fakta ini menunjukkan AHL akan berkompetisi langsung dengan Sikorsky CH-53K King Stallion dari Amerika Serikat yang memiliki MTOW 39,9 ton dan kapasitas muatan 15,8 ton.
Digadang AHL akan memiliki kecepatan maksimum 300 km/jam, ketinggian terbang hingga 5.700 m, serta jangkauan sejauh 630 km.
Sebagai penggeraknya, Rusia telah menawarkan China untuk bersama-sama mengembangkan mesin baru berbasis PD-12V buatan Aviadvigatel yang saat ini digunakan helikopter raksasa Mi-26.
Bila AHL terwujud, maka AHL akan menjadi helikopter terbesar dan terberat yang dibuat oleh China, yang saat ini statusnya masih dipegang oleh Z-18 dengan MTOW 13,800 kg.
-RBS-