AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Panglima Komando Operasi Khusus Amerika Serikat Jenderal Richard Clarke mengatakan, drone telah menjadi alat perang yang berbahaya dan menjadi ancaman serius bagi pasukan darat.
Selama perang di Irak, di Afghanistan, dan Suriah, ujar dia, pasukan darat tidak pernah melihat ke atas karena superioritas udara berhasil dicapai oleh angkatan udara. Namun kini, hal itu tidak menjamin lagi.
Sebab, kata jenderal yang sudah 38 tahun mengabdi di Angkatan Darat AS ini, drone yang berukuran kecil sekalipun dengan beragam bentuknya bisa melakukan serangan yang tak terduga.
Dikatakan, pasukan AS di luar negeri menjadi sasaran pesawat tak berawak. Demikian juga dengan aset-aset militer milik AS lainnya yang dikerahkan ke luar negara.
Ia menggarisbawahi, bahaya ini akan tumbuh dan makin beragam seiring berjalannya waktu.
Sehingga, tandas Clarke, AS harus menemukan cara untuk mengalahkan drone musuh sebelum drone itu diluncurkan, termasuk menemukan cara untuk membatasi akses ke rantai pasokan utamanya.
Membangun konsensus internasional tentang risiko proliferasi dan masalah lainnya, juga sama pentingnya dengan mengembangkan sistem untuk benar-benar menjatuhkan mereka dari langit, lanjut dia.
Perspektif tentang drone dan ancamannya di masa depan itu disampaikan Clarke di Forum Keamanan Aspen tahunan, yang diselenggarakan oleh think tank Aspen Institute pada hari Jumat (22/7).
Jenderal kelahiran 1962 itu berbicara bersama Senator Joni Ernst, Republikan Iowa yang saat ini menjadi anggota di Subkomite Komite Angkatan Bersenjata Senat AS.
Selain itu ada juga Jason Crow, seorang Demokrat Colorado yang duduk di Komite DPR untuk Layanan Bersenjata dan Komite Intelijen DPR.
Clarke, Ernst, dan Crow menekankan tentang tantangan dan peluang dalam kaitannya dengan ancaman lain, seperti senjata kimia dan biologi, perang dunia maya dan informasi, serta kerawanan pangan.
-Poetra-