AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah menyetujui bergabungnya Swedia dan Finlandia menjadi anggota NATO dalam KTT NATO di Madrid, Spanyol beberapa hari lalu.
Meski demikian, Erdogan tetap mengingatkan Swedia dan Finlandia untuk menghormati perjanjian yang telah dibuat.
Sebelumnya Turki, Swedia, dan Finlandia menyepakati sejumlah perjanjian yang akhirnya memuluskan kedua negara Nordik dapat bergabung dengan NATO. Turki pun mencabut hak vetonya untuk menolak kedua negara itu menjadi anggota NATO, seperti dikutip Reuters.
Di antara persyaratan yang pernah disampaikan oleh Erdogan kepada media adalah Swedia dan Finlandia tidak mendukung kelompok teroris dan tidak memberlakukan embargo terhadap Turki.
Butir-butir kesepakatan itu sendiri tidak dijelaskan secara rinci.
Pada kesempatan yang sama di Madrid, Presiden Amerika Serikat Joe Biden juga memberikan dukungan penuh terhadap rencana Turki untuk mengakuisisi 40 jet tempur F-16 Viper serta 80 kit modernisasi F-16 yang pernah diajukan ankara kepada Washington sebelumnya.
Setelah empat jam pembicaraan di Madrid pada hari Selasa, Erdogan dan koleganya dari Swedia dan Finlandia menyetujui sejumlah kondisi yang harus dipenuhi oleh negara-negara tersebut sebagai imbalan atas persetujuan Ankara untuk aksesi mereka ke NATO.
Meski begitu, berbicara kepada wartawan dalam penerbangan kembali dari KTT NATO di Madrid, Erdogan mengatakan tidak perlu terburu-buru untuk meratifikasi aksesi Swedia dan Finlandia ke NATO.
“Harus jelas: tanda tangan ini tidak berarti kasusnya ditutup. Itu tidak akan berlaku tanpa persetujuan parlemen kita. Jadi tidak perlu terburu-buru. Bola ada di pihak mereka sekarang. Swedia dan Finlandia belum menjadi anggota NATO,” kata Erdogan tegas.
Terkait hubungan Turki yang semakin erat dengan Yunani dalam beberapa hari terakhir, Erdogan juga menyebut kemungkinan pertemuan dengan Perdana Menteri Yunani Kyriakos Micotakis.
“Biarkan dia menyatukan dirinya. Sampai dia melakukannya, kami tidak bisa bertemu,” katanya.
Untuk beberapa waktu, Turki telah berdebat dengan Yunani mengenai penerbangan di atas pulau-pulau demiliterisasi di Laut Aegea, perbatasan laut, sumber daya hidrokarbon di Mediterania, dan Siprus yang terbagi secara etnis.
-Poetra-