AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Selain Selandia Baru, negara di wilayah kepulauan Pasifik lainnya yang memiliki kekuatan angkatan udara yang terbilang kecil adalah Papua Nugini.
Dikenal sebagai Elemen Operasi Udara (AOE) yang merupakan cabang dari Papua New Guinea Defence Force (PNGDF).
AOE dipimpin oleh seorang Letnan Kolonel dengan kekuatan sekitar 100 personel (10 diantaranya adalah pilot) yang berbasis di Bandara Jackson, Port Moresby.
AOE mengoperasikan sejumlah kecil pesawat angkut ringan dan helikopter untuk mendukung operasi militer dengan kemampuan transportasi, suplai ulang udara, dan evakuasi medis.
Armada ini dapat digunakan juga untuk patroli keamanan wilayah perbatasan dan melakukan misi pengawasan maritim.
Sayap Transportasi Udara AOE hanya memiliki satu skuadron (Skuadron Transportasi Udara) dengan kekuatan yang terbilang minim.
Saat ini mengoperasikan satu unit pesawat PTDI CN235, satu IAI Arava buatan Israel (dilaporkan sudah tidak terbang sejak 2016) serta satu helikopter Bell 212.
Untuk membantu kekuatan armada helikopter AOE, pada 2012 Pemerintah Australia telah memfasilitasi penyewaan dua helikopter dari Hevilift PNG.
Untuk menambah kekuatan armada AOE, pada Februari 2016, sebuah kontrak juga telah ditandatangani dengan perusahaan Pacific Aerospace dari Selandia Baru.
Kesempatan tersebut untuk memasok empat pesawat PAC P-750 XSTOL digunakan sebagai pesawat pencarian dan penyelamatan (SAR) dan dua PAC CT/4 Airtrainer sebagai pesawat latih.
-RBS-