AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Seperti telah diberitakan sebelumnya oleh sejumlah media pertahanan internasional, Angkatan Udara Amerika Serikat (USAF) merencanakan untuk memangkas besar-besaran jumlah pembelian pesawat tempur F-15EX Eagle II dari semula 144 unit menjadi hanya tinggal 80 unit saja.
Dalam pengajuan anggaran pengadaan untuk tahun fiskal 2023 mendatang, USAF membeberkan bahwa sejalan dengan rencana tersebut maka tidak semua satuan Air National Guard (ANG) yang kini mengoperasikan F-15C/D Eagle akan bisa menerima F-15EX.
Sebagian satuan ANG tersebut mungkin akan beralih mengoperasikan F-35A usai F-15C/D mereka pensiun dalam kurun 2024 – 2025 mendatang. Bahkan ada yang disebut akan beralih mengoperasikan drone/UAV.
Rencana mengejutkan tersebut merupakan kebalikan arah dari rencana semula tahun lalu di mana USAF tak hanya akan membeli 144 F-15EX, namun bahkan tak menutup kemungkinan akan membeli lebih banyak sebagai komplemen armada F-15E Strike Eagle yang ada sekarang.
Berdasarkan rencana anggaran pengadaan untuk tahun fiskal 2023 tersebut, USAF akan menerima F-15EX terakhir (unit ke-80) di tahun 2024.
Bagaimana dengan Indonesia?
Indonesia sendiri sudah menerima persetujuan resmi dari Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (Deplu AS) untuk dapat membeli hingga 36 unit jet tempur Boeing F-15ID (kode desainasi yang disematkan AS untuk F-15EX Indonesia) yang diumumkan resmi oleh Badan Kerja Sama Pertahanan Keamanan atau dikenal DSCA (Defense Security Cooperation Agency) pada Februari 2022 baru lalu.
Perkembangan terkini pemangkasan besar-besaran pengadaan F-15EX USAF tersebut, kiranya perlu menjadi pertimbangan serius bagi TNI AU, Mabes TNI, dan Kementerian Pertahanan RI.
Sebab, USAF hingga kini merupakan satu-satunya operator F-15EX, sehingga jumlah atau populasi varian yang terlalu sedikit ini akan berpotensi menyulitkan TNI AU memperoleh suku cadang F-15ID kelak.
Memang F-15SA yang dioperasikan Arab Saudi dan F-15QA yang dioperasikan Qatar memiliki konfigurasi yang mirip, namun tetap saja berbeda dengan F-15EX karena varian EX ini justru merupakan pengembangan lanjutan dari varian SA dan QA tersebut.
Jumlah 80 unit armada pesawat tempur USAF memang dinilai terlalu sedikit untuk proporsi matra udara Paman Sam itu.
Sebagai gambaran, jet tempur siluman F-22 Raptor yang diproduksi sejumlah 187 unit itu saja sudah dinilai “terlalu sedikit”, apalagi jumlah 80 unit F-15EX.
Bahkan ada pengamat yang mempertanyakan, bisa jadi kelak program F-15EX secara pelan-pelan akan “dimatikan” oleh USAF sendiri.
Kalau sudah begini, memang Indonesia perlu segera berpaling dari manisnya tawaran F-15ID dan segera menimbang beberapa alternatif lain untuk mendampingi Rafale yang sudah dalam proses pembelian itu.
-Antonius KK-
Beralih ke F-16 lagi sebagai alternatif F-15EX?
Komentar sbg awam nih. Sdh jelas kita pengguna dan sdh relatif familiar dgn F-16, dengan OPEX yg relatif rendah. Sehrsnya bisa lanjut dgn blok 70 atau yg lbh mutakhir. Sdh ada Rafale jika ingin yg lebih berkelas, dan berpengguns lebih luas, kenapa msh hrs F-15 EX yg akan berpengguna trbatas US. Dan hampir pasti, OPEX akan sangat mahal.