AIRSPACE REVIEWE (airspace-review.com) – Pesawat pengebom siluman B-2 Spirit milik Angkatan Udara AS (USAF) melaksanakan terbang senyap dengan misi “Super Stealth” pada 23 Maret 2022.
B-2 terbang langsung dari markasnya di Whiteman Air Force Base, Missouri, ke RAAF base Amberley, Australia selama 50 jam pergi-pulang (pp).
Pesawat dari Wing Bom ke-509 itu melakukan pendaratan pertama kali di Pangkalan RAAF Amberley.
Penerbangan B-2 didukung oleh tanker KC-135 Stratotanker dari Alaska Air National Guard KC-135.
Setelah sampai di wilayah udara Australia, pesawat bergabung membentuk formasi dengan dengan delapan jet tempur lainnya, terdiri dari 2 F-35A RAAF, 2 EA-18G RAAF, 2 F/A-18F RAAF, dan 2 F-16C USAF.
Seperti diberitakan USAF, setelah mendarat di RAAF Amberley, pesawat menjalani prosedur pertukaran kru sebelum mengudara lagi.
Setelah itu B-2 bergabung dengan kawanan F-22 Raptor dari Pangkalan Bersama Pearl Harbor-Hickam, Hawaii dan kembali ke Whiteman.
Penerbangan jarak jauh B-2 menunjukkan kemampuan jangkauan global lintas beua USAF.
Analis menilai, hal ini dilakukan sebagai “sinyal keras” bagi China bahwa AS terlibat dalam kemanan di kawasan Indo-Pasifik, dikutip dari EurAsian Times.
Dalam beberapa tahun terakhir, pengebom B-2 telah melakukan beberapa misi pelatihan di Australia.
Tahun 2020, pesawat pengebom B-2 terbang di atas area pelatihan Australia sementara Marinir dan tentara Australia berlatih bersama untuk menangani serangan tersebut.
Sebuah pesawat pengebom B-2 dari Whiteman AFB mendarat di Pangkalan Angkatan Udara Kerajaan Australia Tindal pada tahun 2016.
Pada 2021, sebuah B-1B Lancer melakukan perjalanan melintasi Australia untuk beroperasi dengan pesawat tanker RAAF.
Musim gugur yang lalu, B-1 Lancer terbang keluar dari Diego Garcia untuk pertama kalinya dalam 15 tahun.
Dalam beberapa tahun terakhir, kerja sama pertahanan kedua negara terutama didorong oleh semakin pentingnya kawasan Indo-Pasifik dalam upaya untuk melawan pengaruh China di kawasan tersebut.
Tujuan ini jelas membutuhkan kemitraan bilateral yang beragam.
Awal tahun ini dilaporkan bahwa stasiun penyimpanan minyak besar AS sedang didirikan di Northern Territory Australia untuk mendukung aktivitas militer di kawasan Indo-Pasifik.
Dengan kapasitas 300 juta liter, proyek senilai 270 juta dolar ini akan menjadi fasilitas penyimpanan bensin terbesar yang dibangun khusus di Australia utara.
Pada November tahun lalu, AS memutuskan untuk mengirim lebih banyak jet tempur ke Australia, termasuk F-22 Raptor dan F-35 untuk mencegah potensi agresi militer China.
Sementara itu, selama dekade terakhir, 2000 Marinir dikerahkan di Northern Territory Australia selama musim kemarau pertengahan tahun.
-Poetra-