Setelah palagan Suriah, AU Rusia libatkan Tu-22 dalam perang melawan Ukraina

Pembom Tu-22M3Youtube

AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Angkatan Udara Rusia dilaporkan telah melibatkan pembom strategis Tu-22 miliknya dalam invasi militernya ke Ukraina.

Situs Pravda Ukraina (5/3) melaporkan, Tu-22 melakukan serangan ke wilayah Mykolaiv, Ukraina menggunakan misil udara ke permukaan jarak jauh.

Hal yang sama dikabarkan oleh Kaukasuswar di akun twitter, bahwa pembom Tu-22 Rusia terbang dari Krimea ke Mykolaiv, ungkap Kepala administrasi regional Mykolaiv.

Ini bukan kali pertama Tu-22 dilibatkan dalam perang sesungguhnya. Debutnya saat digunakan dalam pertempuran di Afghanistan semasa Uni Soviet masih berdiri.

Dikerahkan dari Desember 1987 sampai Januari 1988. Di mana pesawat melaksanakan misi serangan untuk mendukung pasukan Angkatan Darat Uni Soviet dalam pengepungan pasukan Mujahidin di Khost.

Dua skuadron pembom dari GvBAP ke-185 yang berbasis di Poltava dikerahkan ke pangkalan udara Maryy-2 yang berbasis di Turkmenistan.

Pada Oktober 1988, pesawat itu kembali ditugaskan melawan Mujahidin. Enam belas Tu-22 digunakan untuk melindungi pasukan Uni Soviet yang menarik diri dari negara itu.

Tu-22 didapuk menghancurkan jalur akses lawan ke pasukan Uni Soviet. Menyerang pasukan musuh di malam hari untuk mencegah pengelompokan kembali dan memotong jalur pasokan dari Iran dan Pakistan.

Selepas Uni Soviet bubar pada Desember 1991, seluruh armada pembom Tu-22 sebagian besar jatuh ke tangan Rusia dan sebagian lainnya ke Ukraina.

Angkatan Udara dan Angkatan Laut Ukraina mewarisi 60 unit Tu-22 (17 seri Tu-22M2 dan 43 seri Tu-22M3) dan 423 rudal jelajah Kh-22.

Namun seluruh Tu-22 Ukraina telah dibatalkan (dihancurkan) berdasarkan perjanjian Nunn–Lugar Cooperative Threat Reduction yang dipimpin oleh Amerika Serikat, dengan pesawat terakhir dimusnahkan pada Januari 2006.

Di tangan Angkatan Udara Rusia, Tu-22 kembali beraksi dalam misi tempur nyata. Pertama digunakan melakukan serangan di dekat Grozny dalam perang Chechnya tahun 1995.

Lalu digunakan dalam perang melawan Georgia. Nahas satu Tu-22 versi intai (Tu-22MR) ditembak jatuh pada 9 Agustus 2008, di Ossetia Selatan oleh sistem rudal permukaan ke udara Buk-M1 milik militer Georgia.

Palagan selanjutnya adalah Perang Saudara Suriah. Dimulai pada 17 November 2015, sebagai bagian dari intervensi militer Rusia ke negeri Syam tersebut.

Angkatan Udara Rusia menggunakan 12 pembom Tu-22M3 dengan meluncurkan rudal jelajah yang ditembakkan dari atas langit Mediterania bersama pembom strategis lainnya yakni Tu-95 dan Tu-160.

Pada 22–31 Januari 2016, Tu-22M3 dilaporkan kembali melakukan 42 serangan udara mendadak di sekitar Deir ez-Zor berangkat dari pangkalan udara Rusia yang berada di Khmeymim di Suriah.

Lalu pada 12 Juli 2016, enam pembom Tu-22M3 melakukan serangan terkonsentrasi menggunakan amunisi berdaya ledak tinggi terhadap target Daesh di timur Palmyra, Al-Sukhnah dan Arak.

Pada 14 Juli 2016, Tu-22M3 melancarkan serangan besar-besaran lainnya terhadap fasilitas ISIS yang baru terdeteksi di wilayah timur Palmyra, serta di Al-Sukhnah, Arak dan di provinsi Homs.

Kemudian di akhir Januari 2017, enam Tu-22M3 melanjutkan serangan udara di daerah Deir ez-Zor untuk mencegah penaklukan kota oleh para jihadis.

Modernisasi

Diketahui saat ini Angkatan Udara Rusia masih mengoperasikan 63 unit pembom supersonik rancangan Biro Desain Tupolev ini.

Sebagian diantaranya mulai di upgrade dengan mendapatkan kode baru sebagai Tu-22M3M. Kementerian Pertahanan Rusia sendiri bermaksud untuk meningkatkan 30 Tu-22M3 menjadi Tu-22M3M yang canggih.

Versi modernisasi ini 80 persen avioniknya diganti atau ditingkatkan, termasuk bombsights SVP-24-22, radar NV-45 array bertahap, sistem navigasi GLONASS.

Lalu kokpit kaca digital dan kontrol mesin terkini, penanggulangan peperangan elektronik, dan kemampuan untuk menggunakan senjata udara ke permukaan yang presisi.

Varian Tu-22M3M dapat membawa tiga rudal Kh-32 atau empat Kh-47M2 Kinzhal. Total muatan senjata baik eksternal maupun internal yang dibawanya mencapai 24 ton.

Pada 16 Agustus 2018, pesawat modernisasi pertama diluncurkan dalam upacara dari fasilitas pabrik Kazan. Selanjutnya sukses melakukan penerbangan perdananya pada 28 Desember 2018.

Versi upgrade pembom bersayap geometri variabel yang dijuluki NATO sebagai Backfire ini masa pakainya akan diperpanjang oleh AU Rusia hingga 40–45 tahun ke depan.

-RBS-

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *