AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Silang pendapat mengenai platform kekuatan tempur udara masa depan Angkatan Udara Amerika Serikat (USAF) terus terjadi. Kelompok-kelompok berbeda pendapat menyuarakan analisisnya.
Sebelumnya, Senat AS mendebatkan soal pengadaan F-35 versus biaya pemeliharaan yang besar.
Ada yang berpendapat, pengadaan F-35 harus dibatasi. Namun ada yang memandang pengadaan F-35 justru harus dipercepat dan ditingkatkan jumlahnya.
Tak melulu soal jet tempur generasi kelima, F-15EX yang diusulkan USAF sebagai pengganti F-15C/D pun mendapatkan sorotan terbaru.
Adalah Mitchell Institute for Aerospace Studies (kita singkat: MIAS – red) di bawah naungan AFA (Air Force Association) berpendapat kalau Program F-15EX USAF harus segera disetop.
Sedikit mengenai lembaga ini, Mitchell Institute for Aerospace Studies adalah lembaga penelitian kebijakan nonpartisan independen yang didirikan oleh AFA untuk memberikan pilihan kebijakan yang kreatif dan berwawasan luas.
Di lamannya, MIAS menulis mengemban misi menginformasikan debat keamanan nasional, mengedukasi peran unik kekuatan udara dalam mengamankan kepentingan global Amerika, serta menumbuhkan kepedulian tentang kedirgantaraan.
MIAS berpendapat, F-15EX tidak akan menjadi jawaban atas perang masa depan yang menuntut teknologi siluman.
MIAS menyatakan, F-15EX tidak akan mampu mengendalikan udara dalam konflik.
MIAS merekomendasikan agar USAF dapat diperkuat dengan sedikitnya 200 pesawat tempur baru per tahun.
Dikatakan bahwa kelemahan dalam strategi USAF adalah tidak cukup cepat membeli F-35 dan akan menonaktifkan F-22 sebelum penggantinya siap.
Menghabiskan sedikit dolar untuk F-15EX yang non-siluman, kata MIAS seperti diberitakan Air Force Magazine (26/10), semakin tidak relevan di mana hal itu seharusnya digunakan untuk membeli jet tempur yang sama sekali baru.
MIAS menambahkan, USAF harus meninjau kembali keputusannya untuk menurunkan tingkat produksi F-35.
Sebaliknya, F-35 harus ditingkatkan jumlahnya sehingga pesawat-pesawat tua dapat segera dipensiunkan satu per satu dan diganti dengan pesawat baru.
Bagaimanapun, tandasnya, F-15EX meskipun kemampuannya ditingkatkan dengan kontrol penerbangan baru dan sistem peperangan elektronik baru, akan tetap menjadi pesawat non-siluman.
Sementara memensiunkan F-22 sebelum kekuatan penuh NGAD (next generation air dominance) ada di tangan, tulisnya, hanya akan membuka celah bagi kekuatan musuh.
Namu demikian, meski mengkritik habis F-15C/D/E/EX, MIAS tetap menyarankan agar F-16 dipertahankan seiring dengan peningkatan produksi F-35.
F-16, kata MIAS, masih dapat beroperasi di “lingkungan yang permisif” dan dapat memberikan kemampuan multiperan dengan harga terjangkau dalam jangka pendek.
Mengenai F-15EX, seperti diketahui pesawat ini sangat disukai bahkan dipuja baik oleh USAF maupun negara-negara peminat karena kapasitasnya yang mampu membawa banyak persenjataan.
F-15EX juga dilengkapi dengan sistem peperangan elektronik mutakhir EPAWSS (Eagle Passive Active Warning Survivability System).
RNS