Rusia dan CSTO membutuhkan pesawat serang ringan turboprop

Pesawat COIN

AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Baru-baru ini dikabarkan, pasukan reaksi cepat dan komando dari Collective Security Treaty Organization (CSTO) membutuhkan senjata dan perangkat keras militer modern untuk melawan ancaman yang mungkin datang dari Afganistan.

CSTO adalah sebuah aliansi militer antar pemerintahan yang ditandatangani pada 15 Mei 1992 oleh enam negara pecahan Uni Soviet yakni Rusia, Armenia, Kazakhstan, Kirgizstan, Tajikistan, dan Uzbekistan.

Pada 1994, menyusul tiga negara lainnya eks pecahan Uni Soviet turut bergabung, mereka adalah Azerbaijan, Belarusia, dan Georgia. 

Komponen udara akan memainkan peran penting di wilayah ini, karena memiliki perbatasan yang panjang, medan yang sulit diakses, dan potensi perang gerilya, infiltrasi teroris serta migran ilegal.

Sejauh ini, sebenarnya helikopter intai serang serta drone bersenjata dapat digunakan, tulis Independent Military Review.

Namun CSTO lebih membutuhkan pesawat turboprop murah operasional dengan berbagai senjata cocok untuk melawan gerilyawan. Pesawat dapat digunakan memotong upaya penetrasi dari Afghanistan ke wilayah Asia Tengah.

Pesawat yang dimaksud adalah sekelas dengan A-29 Super Tucano, seperti yang dulu pernah digunakan AU Afganistan guna memerangi gerilyawan Taliban.

Saat ini, Rusia dan negara-negara anggota CSTO lainnya tidak memiliki pesawat seperti yang dimaksud. Bila mendesain sendiri hingga memproduksinya akan memakan waktu lama.

Tak disebutkan pesawat apa yang bakal dipinang untuk memperkuat CSTO nantinya.

Pilihan yang tersedia di pasar saat ini selain Embraer A-29 Super Tucano dari Brasil adalah KA-1 dari Korea Selatan, Beechcraft Texan II Amerika Serikat, pendatang baru TAI Hurkus-C dari Turki, dan Calidus B-250 asal Uni Emirat Arab.

Sementara saat ini Rusia dan beberapa anggota CSTO masih mengandalkan jet serang dukungan udara (CAS) Su-25 dan heli serang Mi-24 untuk peran menghadapi gerilyawan (COIN).

Sebenarnya, di era Uni Soviet masih berdiri, negeri beruang merah tersebut pernah mengembangkan pesawat serang ringan berbasis pesawat latih Yakovlev Yak-52 sekitar tahun 1978-1979.

Pesawat yang mendapat kode resmi Yak-52B ini dipersenjatai dengan dua tabung roket UB-32-57, masing-masing mampu membawa hingga 32 roket S-5 udara ke darat. Dapat juga membawa pod berisi senapan mesin kaliber 14, 5 mm.

Sayangnya varian Yak-52B ini tak pernah memasuki dinas untuk AU Uni Soviet. Meskipun diketahui, pada masa itu terjadi ‘Perang Soviet–Afganistan’ yang berlangsung dari 24 Desember 1979 – 15 Februari 1989.

RBS

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *