AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Satu di antara drone yang meramaikan Airshow China 2021 adalah wahana intai serang tak berawak bermesin jet yang dirancang dan diproduksi oleh CAIG (Chengdu Aircraft Industry Group).
Keberadaannya mulai diperkenalkan pada pameran kedirgantaraan Airshow China 2006 dan Paris Air Show 2007 di Perancis. Kala itu masih menyandang nama Sky Wing lll (Tiānyì 3).
Didapuk sebagai drone untuk misi pengintaian dan serangan presisi yang berkemampuan terbang tinggi dan berdaya jelajah jauh (HALE).
Versi prototipenya mulai diluncurkan tahun 2014 dengan nama baru Wind Shadow (Fēng Yǐng), yang dibekali dua mesin turbofan AEF-50E masing-masing berdaya 4,90 kN.
Lalu pada 2016 diluncurkan pula varian dengan mesin turbojet tunggal ZF850 berdaya dorong 9,8 kN, dikenal sebagai Cloud Shadow (Yún Ying).
Baik versi Wind Shadow dan Cloud Shadow dapat membawa muatan senjata hingga 400 kg yang digantung pada tiga titik di tiap sayapnya.
Dengan pilihan berupa bom berpemandu GPS CS/BBM3 (YL-12) seberat 50 kg, bom berpemandu GB-4 seberat 100 kg, dan rudal udara ke permukaan Blue Arrow.
Dalam pengoperasiannya, setiap stasiun daratnya (GCS) dapat mengontrol tiga kendaraan udara tak berawak untuk terlibat secara bersamaan.
Mengenai dimensinya, kedua varian drone memiliki kesamaan, dengan panjang 9 m, rentang sayap 20, dan tinggi 3,6 m.
Untuk performanya, mampu melaju dengan kecepatan jelajah kisaran 620 km/jam, ketinggian terbang maksimum 15.000 m dan endurance selama 20 jam.
Diketahui, varian produksi Wind Shadow mulai diserahkan kepada PLA Air Force (Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat) pada 2016.
Sementara versi produksi Cloud Shadow bermesin tunggal mulai diluncurkan pada Nanchang Airshow 2020, ditujukan untuk pasar ekspor dengan nama baru sebagai Wing Loong 10.
RBS