AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Era Perang Dingin sebelum hadirnya pesawat bermesin jet, hadir dua pesawat angkut superjumbo bermesin turboprop dari dua negara adidaya. Masing-masing adalah Douglas C-133 dari Amerika Serikat dan Antonov An-22 mewakili Uni Soviet.
Sejarahnya dimulai pada pertengahan 1950-an, saat AU Amerika Serikat (USAF) menginginkan pesawat angkut strategis yang jauh lebih kuat dan besar dari Lockheed C-130 Hercules.
Douglas Aircraft Company terpilih untuk mengembangkan pesawat yang mendapat kode resmi C-133 ini. Prototipe C-133 sukses menjalani terbang perdana 23 April 1956.
Pesawat yang dinamai Cargomaster ini resmi berdinas pada 1961.
Selanjutnya pada 1 Januari 1966 USAF membentuk MAC (Military Airlift Command) untuk mewadahi armada C-133.
Sayangnya masa operasional C-133 tak begitu lama, hanya sampai tahun 1971 saja.
Selanjutnya, seluruh pesawat (total 50 unit) digantikan oleh pesawat angkut strategis bermesin jet C-5A Galaxy buatan Lockheed.
‘Terbesar hingga saat ini’
Uni Soviet yang menjadi peseteru AS tak tinggal diam dan segera menciptakan pesawat tandingan yang lebih besar dibandingkan C-133.
Biro desain Antonov yang juga perancang An-12 (pesaing C-130 Hercules) ini dipercaya untuk mewujudkannya.
Pesawat yang mendapatkan kode An-22 Antei (Antaeus) ini sukses terbang perdana 27 Februari 1965 dan resmi berdinas untuk AU Uni Soviet dua tahun kemudian.
Bersamaan dengan runtuhnya Uni Soviet pada Desember 1991, dari total 68 unit yang ada, kepemilikan An-22 hampir sebagian besar dikuasai Rusia. Sementara Ukraina mendapatkan jumlah yang terbatas.
Tak seperti C-133 yang hanya berdinas satu dasawarsa, An-22 terus aktif hingga saat ini meskipun telah hadir An-124 bermesin jet yang disiapkan untuk menggantikannya.
Pesawat yang dijuluki NATO sebagai Cock ini masih dioperasikan oleh AU Rusia sebanyak enam unit, tiga diantaranya akan digunakan hingga tahun 2033. Sementara satu lainnya dimiliki Antonov Airlines, Ukraina untuk fungsi pengakutan kargo sipil.
Fakta ini, membuat An-22 mendapatkan gelar pesawat angkut turboprop (operasional) terbesar di dunia dan posisinya belum tergantikan hingga saat ini.
Sebagai catatan, pesawat angkut turboprop Airbus A400M Atlas memiliki panjang 45,1 m, rentang sayap 42,5 m dan tinggi 14,7 m. Berkapasitas muatan 116 prajurit dan kargo 37 ton.
Rangga Baswara Sawiyya
Komparasi
Douglas C-133 Cargomaster
* Awak: 5 (dua pilot, navigator, insinyur penerbangan, loadmaster)
* Kapasitas: 200 prajurit atau kargo seberat 50 ton
* Panjang: 47,01 m
* Rentang Sayap: 54,78 m
* Tinggi: 14,7 m
* MTOW: 129.727 kg
* Mesin: 4 X Pratt & Whitney T34-P-9W turboprop masing-masing berdaya 5.600 kW
* Baling-baling: Curtiss Electric berbilah tiga.
* Kecepatan maksimum: 578 km/jam
* Ketinggian maksimum: 9.130 m
* Jangkauan: 6.590 km dengan muatan 24 ton.
Antonov An-22 Antei
* Awak: 5 (dua pilot, navigator, insinyur penerbangan, loadmaster)
* Kapasitas: kombinasi 28 penumpang plus muatan 80 ton
* Panjang: 57.9 m
* Rentang sayap: 64,4 m
* Tinggi: 12,5 m
* MTOW: 250.000 kg
* Mesin: 4 X Kuznetsov NK-12MA turboprop masing-masing berdaya 11.000 kW
* Baling-baling: 8 bilah, contra-rotating
* Kecepatan maks.: 740 km/jam
* Ketinggian maks. 9.100 m
* Jangkauan 10.950 km dengan muatan 45 ton