AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Pada 1 Juni lalu CEO Rosoboronexport Aleksandr Mikheyev mengatakan, sebanyak empat atau lima negara di Asia Tenggara telah menunjukkan minat untuk membeli jet tempur Su-57.
Belum lama setelah itu, bocoran pun menyeruak ke permukaan. Disebut-sebut, saat ini Vietnam yang sedang bersiap untuk membeli 12-24 unit Su-57 dari Rusia.
Beberapa media Rusia dan Vietnam telah melaporkan hal itu. Disebutkan, kesepakatan untuk kontrak pembelian Su-57 oleh Vietnam sedang disusun.
Jumlahnya berkisar selusin atau dua lusin Su-57, tergantung pada anggaran Kementerian Pertahanan Vietnam.
Soha edisi Vietnam menuliskan, Su-57 sangat cocok bagi Angkatan Udara Vietnam.
Pesawat ini memiliki sistem radar yang kuat dan sistem pengendalian tembakan yang sangat baik.
Terpenting lagi, tulisnya, harga Su-57 terjangkau dibanding pesawat tempur lain di kelasnya, termasuk J-20 dari China.
Isu rencana akuisisi Su-57 oleh Hanoi mengemuka menjelang pelaksanaan pameran kedirgantaraan internasional MAKS-2021 di Zhukovksy, luar kota Moskow bulan depan.
Bisa jadi, isu ini akan menjadi sorotan penting dari pelaksanaan MAKS-2021 di mana kedua negara akan mengumumkan secara resmi hal itu.
Isu lama yang diangkat kembali
Bila ditelusuri, kabar bahwa Vietnam akan mengakuisisi jet Su-57 sudah muncul pada awal 2019 lalu.
Dua tahun sebelum itu di Paris Air Show 2017, Mikheyev pertama menyebut bahwa Rusia kemungkinan besar akan mengekspor Su-57 ke negara di Asia Tenggara.
Pada MAKS-2019, Myanmar malah yang disebut-sebut akan membeli Su-57 di antara lima negara potensial lainnya yang akan mengakuisisi jet tempur generasi kelima ini.
Belum ada kepastian, apakah Vietnam benar-benar akan menandatangani kontrak pembelian Su-57 dalam waktu dekat.
Pasalnya, menurut Soha, penyediaan anggaran senilai 2 miliar dolar AS untuk membeli 12 Su-57 baru akan dinormalisasi oleh Kementerian Pertahanan Rusia pada beberapa tahun mendatang.
Hanoi pernu menambah anggaran bila jumlah yang dibeli lebih banyak.
Diperkirakan, bila pembelian jadi dilaksanakan maka armada Su-57 baru akan dikirimkan ke Vietnam pada kurun 2030-2035.
Masih menunggu mesin baru
Di Rusia sendiri, seri produksi Su-57 baru dimulai. Satu unit telah diterima oleh Angkatan Dirgantara Rusia (VKS) menyusul 10 unit prototipe terbang yang telah digunakan.
Tahun ini dijadwalkan VKS akan mendapat tambahan 4 Su-57. Kemudian pada akhir 2024 sebanyak 22 unit dan pada akhir 2028 total Su-57 yagn diterima sebanyak 76 unit.
Pihak Rusia menyebut, Su-57 adalah pesawat tempur dengan kemampuan absolut. Pesawat dilengkapi dengan avionik, sensor, dan persenjataan yang canggih termasuk rudal hipersonik.
Satu masalah yang masih dihadapi oleh Rusia saat ini, adalah penyelesaian pembuatan mesin baru untuk mentenagai si Felon sesuai spesifikasinya.
RNS
pasti ada nama indonesia, bila dirunut dr resiko sanksi caatsa emang mendingan ambil su57 langsung yg akan lebih sebanding dengan sanksi yg akan diterima indonesia bila dibanding sanksi caatsa yg di terima hanya karena membeli 11 unit su35, masalahnya pengembangan mesin su57 belum bener² sesuai dengan yg diharapkan angkatan udara rusia sehingga berpengaruh pada komitmen negara² peminat yg ingin membeli su57′ tp di sisi manegement pertempuran su57 terus dr sistem avionic, kemampuan radar sampai mampu mengontrol 4 drone tempur sekaligus su57 terus mendapatkan kemampuan yg signifikan, bila negara² peminat memaksakan membeli su57 dengan mesin yg sama dengan su35 akan beresiko lebih mudah di endus lawan dan power mesinnya tidak cocok dengan doktrin² tempur yg telah ditanamkan ke dalam perangkat sistem tempur su57, rusia menginginkan mesin yg bener² full power yg membuat kecepatan su57 diatas pespur siluman yg ada, ketinggian terbangnya bisa setara mig31, mesin yg dikembangkan itu jg harus tidak mudah di deteksi radar pencari panas yg pastinya harus tetep menggunakan teknologi trhust vectoring 3D, dan yg paling diinginkan umur mesin harus lebih panjang dr mesin² yg pernah dikembangkan rusia,,,ini akan sangat rumit dan panjang terutama bagaimana membuat mesin tersebut lebih sulit dideteksi radar pencari panas dengan tetep mempertahankan kemampuan trhust vectoring 3D yg menuntut umur mesin harus lebih panjang dr mesin pespur yg pernah diproduksi rusia.