AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Dijegalnya penjualan FA-50 Korea Selatan kepada Argentina oleh Inggris sebagai pemasok sistem avionik Fighting Eagle, membuka peluang bagi industri dirgantara negara lain guna menjual produk andalannya kepada Buenos Aires.
China melalui perusahaan ekspor dan impor teknologi penerbangan nasional, CATIC, saat ini sedang berada di Argentina untuk menawarkan penjualan jet supersonik FC-1 Xiaolong (JF-17 Thunder) hasil kemitraannya dengan Pakistan.
Kepada Argentina, selain penjualan FC-1, China juga menawarkan peluang untuk perakitan pesawat ini.
Dalam kaitan tersebut, CATIC mengunjungi industri dirgantara Argentina, FADEA untuk melihat berbagai fasilitas yang ada.
Argentina telah memensiunkan Dassault Mirage III pada 2015. Untuk menggantikan pesawat ini, awalnya Bueno Aires akan mengakuisisi sejumlah FA-50 buatan Korea Aerospace Industries.
Selain dari China, Argentina juga mendapatkan penawaran MiG-35 dari Rusia.
Tentang FC-1 atau JF-17, pesawat buatan Chengdu Aircraft Corporation (CAC) ini sebenarnya masih menggunakan mesin asal Rusia, Klimov RD-93 turbofan afterburner, hasil pengembangan dari RD-33 yang digunakan oleh MiG-35.
RD-93 juga digunakan oleh China untuk jet tempur siluman FC-31.
FC-1 dilengkapi dengan tujuh gantungan senjata. Pesawat mampu terbang hingga kecepatan Mach 1,6 dan memiliki radius tempur hingga 1.352 km.
Pakistan merupakan pengguna terbanyak JF-17 yaitu 138 unit. Kemudian Myanmar 15 unit dan Nigeria yang telah menerima tiga unit ada awal tahun ini.
Rhandy F