AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Pesawat patroli maritim CN235-220 MPA buatan PT Dirgantara Indonesia (PTDI) yang dibeli oleh pemerintah Senegal telah sampai di Bandara Internasional Khartoum, Sudan.
Pesawat yang akan digunakan oleh Angkatan Udara Senegal itu tiba di Khartoum pada Kamis, 25 Maret 2021, pukul 15.30 waktu setempat.
Kedatangan pesawat yang diawaki oleh Pilot-in-Command Capt. Esther Gayatri Saleh dengan total 10 awak itu disambut langsung oleh Duta Besar RI di Khartoum Rossalis R. Adenan.
Pesawat tiba di Khartoum setelah menempuh perjalanan 7 jam dari Bandara Internasional Doha.
Di Khartoum, pesawat dan awaknya akan beristirahat selama 72 jam untuk selanjutnya meneruskan penerbangan ke N’Djamena (Chad) pada Minggu, 28 Maret 2021.
Dari Chad, pesawat akan terbang lagi ke Niamey, Nigeria dan tujuan akhir ke Dakar, Senegal.
Dubes Adenan mengatakan, selama berada di Khartoum pesawat akan melakukan pengisian bahan bakar. Para awak pesawat juga akan beristirahat dulu.
Terkait penerbangan yang dilakukan dari Doha ke Khartoum, Capt. Esther di akun instagramnya menuliskan, penerbangn tersebut cukup menantang dengan angin dari depan (hedawind) 49 knot.
Pada saat melintasi Laut Merah barulah angin berkurang.
“Kami tiba di Khartoum dalam badai debu, terima kasih Tuhan atas KEHADIRAN DAN PERLINDUNGANNYA, kami Mendarat dengan selamat … Selalu ada sesuatu untuk disyukuri..Tuhan memberkati penerbangan kami dan seterusnya dan Tuhan memberkati Indonesia,” tulis Capt. Esther.
CN235-220 MPA terbang dari Bandara Husein Sastranegara di Bandung, Jawa Barat pada Jumat pari, 19 Maret 2021.
Rute penerbangan yang dijalani pesawat tersebut adalah dari Bandara Husein Sastranegara, Bandung menuju Medan (Indonesia), Chennai dan Mumbai (India), Doha (Qatar), Khartoum (Sudan), N’Djamena (Chad), Niamey (Niger), dan Dakar (Senegal) sebagai destinasi terakhir.
Poetra M
Jauh sekali, penerbangan yang penuh resiko. Andai nanti perlu perawatan/perbaikan pasca penjualan tentu perlu waktu untuk segera dilayani.
Populasi CN235 di kawasan tsb cukup banyak, Turki memiliki 50 lebih dan bbrp negara Eropa jg memakai. Dan sdh barang tentu ada spanyol/airbus yg jg memproduksi CN235 meski skrgn sdh stop.
Jadi akan banyak bengkel perawatan untuk pesawat ini.