AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Tidak ada yang instan dalam membuat pesawat, terlebih pesawat tempur canggih. Program KF-X diumumkan pertama kali oleh Presiden Korea Selatan Kim Dae-jung tahun 2001.
Tahun 2002 riset mulai dilakukan oleh Korea.
Tahun 2010 Indonesia masuk sebagai mitra untuk pengembangan bersama KF-X/IF-X dengan menanggung biaya pengembangan sebesar 20% dari biaya total.
Tahun 2011 riset bersama oleh Indonesia dan Korea mulai dilakukan di Korea.
Tahun 2015 pengerjaan prototipe KF-X mulai dilaksanakan di Korea Aerospace Industries (KAI). Di tahun 2015 juga, Indonesia mulai melakukan peletakan batu pertama pembangunan Hanggar IF-X di PT Dirgantara Indonesia.
Tahun 2017 pembayaran keikutsertaan Indonesia dalam proyek KF-X/IF-X mulai tersendat.
Tahun 2019 Indonesia melakukan renegosiasi dengan pihak Korea.
Tahun 2020 perakitan akhir prototipe KF-X dilaksanakan di KAI. Di tahun 2020 juga muncul kabar Indonesia akan mundur dari proyek KF-X/IF-X.
Tahun 2021 Korea mengundang Indonesia untuk menghadiri peluncuran KF-X (IF/X).
Tahun 2022, KF-X akan memulai penerbangan perdana.
Tahun 2026 KF-X batch pertama akan diserahkan kepada pengguna. Di tahun itu KF-X juga mulai diproduksi massal.
Dihitung dari pertama program ini dicetuskan tahun 2001 hingga penyerahan unit pertama kepada pengguna tahun 2026, maka dibutuhkan waktu 25 tahun alias seperempat abad lamanya.
Itulah gambaran besarnya. Memang tidak ada yang instan dalam membuat pesawat. Semua melalui tahapan, pelaksanaan, dan pembiayaan yang sangat besar tentunya.
Setelah itu adalah soal keberlanjutannya. Pesawat tempur didesain paling tidak untuk digunakan selama 30 tahun. Lalu bisa diperpanjang penggunaannya, di-upgrade teknologinya, atau dipensiunkan.
Jadi, memang tidak ada yang instan dalam membuat pesawat kan? Pilihan tergantung kepada masing-masing negara. Mau membuat sendiri, berkolaborasi, atau cukup membeli saja dari negara lain. Berbagai pertimbangan menyertai hal ini.
-AR-
Betul.. Spt halnya pesawat tejas buatan india. Di gagas di era 80-an baru masuk layanan thn 2015. Bgt pula dg jet raptor Amerika dan lainnya. Program kfx adalah kemandirian Korea dan Indonesia dlm membangun pesawat generasi 4,5. Dan ToT dg Korea sdh terbukti bermanfaat bagi Indonesia. Contohnya ToT LPD dan kasel Chang bogo. Namun sayang di era rezim ini ingin serba instant. Niat baik dan kesempatan ini dilewatkan begitu saja.
Mandiri buat korea lebih tepatnya…..lha kita apa TKDN nya selain jasa merancang bangun sebagian airframe🤷
Boleh disebutkan bang dul…..🤔
Mundur saja, karena semuanya ditentukan korea
Yang jadi pertanyaan apakah kita mendapatkan 20% dari KF-X, bisa berupa IP atau berupa pekerjaan. Persentase investasi bagusnya sesuai dengan benefit yang diterima. Kalau tidak, bisa dibilang lebih murah beli off the shelf, dan dengan peraturan sekarang, lebih menguntungkan secara ilmu dan teknologi.