AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Mesir menyatakan akan melanjutkan pembelian jet tempur Su-35 dari Rusia walau mendapatkan ancaman sanksi dari Amerika Serikat. Pada 2018 lalu, Kairo telah memesan 24 Su-35 dari Moskow dengan nilai kontrak mencapai 2 miliar dolar AS.
Rusia, pada 25 Februari 2021 menyatakan, Mesir telah menerima lima pesawat Su-35 yang dipesan.
Agensi media resmi wilayah Khabarovsk Krai, Rusia menegaskan, salah satu pencapaian penting dari pabrik militer di wilayah tersebut adalah telah dikirimkannya lima jet tempur Su-35 ke Mesir.
Pengiriman lima pesawat tempur kelas berat tersebut, terdeteksi pada 23 Juli 2020 oleh foto yang dibuat jurnalis Andrey Neyman saat kelima Su-35 pengiriman gelombang pertama tiba di Kota Novosibirsk untuk pengisian bahan bakar. .
Sebelumnya pada 18 November 2019 di Dubai Airshow, Asisten Menteri Luar Negeri untuk Urusan Politik dan Militer Amerika Serikat, R.Clarke Cooper mengatakan, pemerintah AS telah mengirimkan surat resmi ke Mesir yang isinya memperingatkan kemungkinan dijatuhkannya sanksi jika tetap melanjutkan pembelian Su-35 dari Rusia.
Cooper menegaskan, Mesir tentunya mengetahui risiko dari sanksi yang akan dijatuhkan Washington apabila tetap pada pendiriannya melanjutkan pembelian Su-35. Bantuan-bantuan kepada Mesir akan dihentikan.
Disebutkan, dua menteri di pemerintahan Presiden Donald Trump saat itu, yaitu Mark Esper dan Mike Pompeo, telah mengirimkan surat mereka kepada Menteri Pertahanan Mesir Mohamed Ahmed Zaki.
Washington juga telah memperingatkan Komandan Angkatan Udara Mesir Letnan Jenderal Mohamed Abbas tentang konsekuensi kesepakatan senjata dengan Rusia dan meminta Kairo untuk meninjau kembali hubungan militer dan intelijennya dengan Moskow.
Upaya diversifikasi senjata oleh Mesir
Brigadir Jenderal Khaled Okasha, direktur Pusat Studi Strategis Mesir mengatakan, pembelian Su-35 dari Rusia adalah sebagai upaya Mesir untuk mendiversifikasi sistem persenjataannya agar tidak hanya tergantung kepada AS.
Seperti diketahui, pada 2015 silam Mesir juga telah membeli 24 pesawat Rafale dari Perancis.
Dia mengatakan Amerika Serikat memberi Israel jet tempur generasi kelima F-35. Washington menjamin supremasi dan kedaulatan militer Tel Aviv atas wilayah tersebut dengan pesawat itu.
Padahal, lanjutnya, akuisisi F-35 pun dapat mengancam keseimbangan kekuatan di Timur Tengah, terutama setelah Amerika Serikat menolak untuk menjual pesawat tempur F-35 ke Mesir pada saat bersamaan.
Selain membeli Su-35, kata Okasha, Mesir juga membeli pesawat tempur MiG-35 dari Rusia.
“Tujuan utama Mesir saat mengakuisisi pesawat Sukhoi Su-35 adalah agar pesawat jenis ini bisa dibandingkan dengan pesawat tempur Israel dan Amerika, sehingga tentara Mesir bisa menjamin keunggulan di wilayah langit. Itulah mengapa Amerika Serikat sangat menentang perjanjian ini dan mengancam sanksi terhadap Mesir,” paparnya seperti diberitakan Al Monitor.
Okasha menekankan, Mesir sesungguhnya memiliki hak untuk mendiversifikasi sumber senjatanya tanpa hanya bergantung pada Amerika Serikat. Mesir pun dapat menolak ancaman AS untuk penangguhan bantuan militer karena Mesir memiliki hak untuk membuat keputusan independen.
“Kairo telah menerima 40 helikopter serang Ka-52 dari Rusia pada November 2019, yang mungkin membuat marah Amerika Serikat, karena Mesir bersikeras untuk menyelesaikan perjanjian militernya dengan Rusia tanpa tunduk pada dikte dan ancaman Amerika Serikat.”
Mesir ingin membeli F-35 tetapi ditolak oleh Washington
Sementara itu, pada 23 Februari Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengungkapkan keprihatinannya kepada Menteri Luar Negeri Sameh Shoukry tentang pembelian pesawat Su-35 dari Rusia oleh Mesir.
Ammar Ali Hassan, profesor ilmu politik di Universitas Kairo mengatakan, hubungan AS-Mesir telah memasuki banyak ketegangan dalam beberapa tahun terakhir. Bantuan AS terhadap Mesir ditangguhkan pada 2013 ketika Presiden Mohammed Morsi digulingkan.
Ketika bantuan itu dipulihkan lagi pada 2015, hubungan antara kedua negara tetap tidak stabil.
Mesir sangat bergantung pada Amerika Serikat untuk mengamankan senjata, tetapi setelah bantuan dihentikan, Kairo menyadari pentingnya tidak hanya bergantung pada Washington.
Alasan lain, karena AS telah menolak untuk menjual F-35 kepada Mesir sehingga Kairo beralih membeli Su-35 dari Rusia untuk menjamin keunggulan militernya.
Roni Sont
Inilah hebatnya klo negara dipimpin oleh pemimpin yg tegas.. Berani menolak intervensi negara asing. Kapan negara kita punya pemimpin spt mereka…
Udah mirip mirip India si King Firaun ini alutsistanya moderm dan canggih
Negara sekelas SUDAN aja beli pesawat Su 35,lah Indonesia gimana?
AMerika bermuka 2,kenapa india negara kekuatan militer ke 4 terbesar dunia diberi kebebasan membeli pada siapapun termasuk ke rusia tanpa takut dikenai CAATSA,lihat berapa ratus jumlah sukhoi MKI india dan puluhan jenis alutsista dari rusia bebas masuk ke India tanpa ada halangan CAATSA ,bahkan india ditawari oleh amerika seri F 15 EX,sementara terhadap negara kecil macam mesir,Indonesia ,turki betapa kuku CAATSA kuat mencengkram negara2 kecil sebagai penghalang untuk mengakuisisi produk rusia,khusus Indonesia negeri ini sudah tidak bebas aktif menjalankan politik luar negeri militernya,negeri ini lebih pro barat karena ketakutan pada CAATSA,dengan resiko terkena embargo bila tidak seide sejalan dengan amerika,kedaulatan kita sudah dipermainkan oleh UU yang bernama CAATSA