AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Komando Antariksa Inggris akan berlatih menembak satelit orbit rendah Bumi menggunakan pesawat tempur Eurofighter Typhoon. Pesawat bersayap delta ini akan terbang menuju ketinggian 40.000 kaki, berhenti sejenak, dan kemudian melakukan pendakian lagi hingga ketinggian 60.000 kaki.
Kemampuan penembakan satelit yang berada di tepi angkasa itu dinilai penting oleh Komando Antariksa (Luar Angkasa) Inggris yang baru didirikan, karena Inggris hingga saat ini belum memiliki rudal berbasis darat ke udara (SAM) yang bisa langsung menghancurkan satelit dari darat.
Sementara negara-negara lain seperti Rusia, China, dan Amerika Serikat telah memiliki rudal-rudal SAM bekemampuan itu.
Tidak hanya tiga negara adidaya yang telah disebut, perlu ditambahkan bahwa India juga telah mengumumkan keberhasilannya membangun rudal SAM jenis ASAT dengan nama “Mission Shakti” dua tahun lalu.
Hal itu diumumkan Perdana Menteri India Narendra Modi pada 27 Maret 2019. India menembakkan senjata antisatelit berbasis darat terhadap satelit di orbit rendah Bumi yang sudah tidak digunakan. Penembakan itu sempat dikhawatirkan mengenai keamanan ruang angkasa dan puing-puing satelit di orbit rendah Bumi.
Disebutkan, dalam uji coba itu rudal berhasil menghantam satelit di ketinggian sekitar 300 kilometer.
“Ini menunjukkan ketangkasan luar biasa dari para ilmuwan luar biasa India dan keberhasilan program luar angkasa kami,” kata Modi saat itu melalui cuitan di akun twitter-nya.
Kembali ke pokok bahasan, Kepala Staf Angkatan Udara Inggris (RAF) Marsekal Udara Sir Mike Wigston seperti diberitakan Express menyatakan, perang di masa depan walau tidak dimulai dari luar angkasa, akan tetapi ujungnya akan menggunakan wahana-wahana antariksa, satelit komunikasi atau GPS adalah salah satunya.
Dalam hal ini, Inggris sendiri mengantisipasi kemunculan satelit-satelit milik China dan Rusia yang dapat digunakan untuk kepentingan tersebut di masa perang.
Terbang hingga ketinggian 60.000 kaki
Sebelum latihan penerbangan dimulai, penerbang Typhoon RAF yang terpilih akan melaksanakan simulasi di darat terlebih dahulu. Setelah itu, pilot akan terbang menggunakan Typhoon tanpa membawa rudal.
Saat sudah berada di ketinggian 60.000 kaki, pilot akan melakukan simulasi penembakan melepaskan rudal antisatelit (ASAT) dan setelah itu kembali ke pangkalannya. Ada yang menyebut, rudal yang akan digunakan oleh Typhoon untuk menembak satelit adalah SM-3 ASAT buatan AS. Namun hal itu belum terkonfirmasi.
Rencana Inggris untuk melaksanakan pelatihan penembakan satelit, dicetuskan dua minggu setelah Komodor Udara Paul Godfrey diangkat sebagai Kepala Komando Antariska Inggris yang pertama. Godrey sendiri merupakan mantan pilot pesawat tempur Typhoon RAF.
Mike Wigston menyatakan, walau ide ini dianggap “kontroversial” untuk dibicarakan, susungguhnya antariksa sendiri telah menjadi domain militer saat ini. Maka, ujarnya, akan menjadi suatu kelalaian apabila Inggris tidak menghiraukan fungsi satelit yang sangat penting untuk komunikasi dan navigasi itu.
“Jadi kita harus siap melindungi dan, jika perlu, membela kepentingan nasional kita yang kritis,” tandasnya kepada media.
Ia menyatakan, Amerika Serikat telah mengembangkan rudal antisatelit sejak 1980-an di mana salah satunya telah ditembakkan dari jet tempur ke satelit cuaca lama.
F-15A telah melakukan hal itu dengan rudal ASM-135
Perlu dituliskan sedikit mengenai hal ini bahwa sebuah pesawat tempur F-15A milik USAF yang diterbangkan oleh pilot uji Mayor Wilbert D. Pearson Jr. terbang dari Pangkalan Angkatan Udara Edwards, California telah menembakkan rudal antisatelit ASM-135 dari ketinggian 38.100 kaki pada 13 September 1985.
Rudal itu melejit ke atas menembus troposfer dan stratosfer hingga mencapai ketinggian 335.000 dan terus melaju.
Diberitakan bahwa rudal dengan hulu ledak rendah itu berhasil menumbuk satelit observasi usang milik AS di ketinggian 1,8 juta kaki di atas Samudra Pasifik. Satelit hancur menjadi pecahan logam dan debu.
Sama halnya dengan AS, Rusia sudah memiliki rudal SAM penghancur satelit. Rusia juga memiliki armada tempur udara yang dapat menembak satelit seperti pesawat MiG-31K/BM. Pesawat dengan kecepatan maksimum hingga Mach 2,4 ini dapat terbang hingga ketinggian 66.000 kaki dan menembakkan rudal antisatelit.
Demikian juga dengan China disebut sudah memiliki rudal berbasis darat yang dapat menghantam satelit di orbit rendah Bumi.
Kelebihan menggunakan rudal ASAT yang dapat dibawa menggunakan pesawat tempur, adalah karena rudal itu bisa ditembakkan dari tempat yang diinginkan dan lebih mudah penempatannya.
Untuk Typhoon sendiri, tidak akan butuh waktu lama untuk terbang mencapai garis equatorial.
Di sisi yang lain Wigston menyatakan, selama ini Inggris mendorong diskusi tentang perilaku bertanggung jawab di luar angkasa di forum PBB. Maka, akan menjadi suatu “kebodohan” apabila Inggris sendiri tidak menyiapkan diri untuk memiliki kemampuan menangkal satelit yang digunakan oleh musuh saat terjadi perang.
Roni Sont