AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Perkembangan industri drone Turki berkembang pesawat dan mendapat pengakuan dari banyak pihak. Sejumlah negara memborong Bayraktar TB2 setelah drone yang Turki ini berhasil membuktikan keandalannya di palagan Suriah, Libia, dan Azerbaijan.
Di Indonesia, keandalan drone buatan Turki juga disoroti oleh Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto dalam Rapat Pimpinan (Rapim) TNI yang digelar di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur pada 16 Februari lalu. Hadi menyebut, peran drone akan semakin besar di masa mendatang.
Panglima TNI mengajak para petinggi TNI untuk menyoroti perkembangan pesawat nirawak atau drone ini.
Perang antara Azerbaijan dan Armenia, ujarnya, adalah contoh terbaru bagaimana penggunaan drone secara taktis menjadi penentu kemenangan.
“Kita lihat konflik Azerbaijan dan Armenia adalah contoh terbaru bagaimana drone-drone taktis yang sangat murah buatan Turki menjadi penentu kemenangan atas Armenia,” ujar Hadi.
Kepala Presidensi Industri Pertahanan Turki (SSB) Ismail Demir mengatakan, industri pertahanan Turki secara umum telah meningkat pesawat. Ia mengatakan hal itu dalam wawancara lengkap dengan surat kabar Turki, Sabah pada Rabu, 17 Februari 2021.
Dikatakan oleh Demir, Turki mampu melakukan operasi kontraterorisme tanpa bantuan dari negara luar berkat pengembangan industri pertahanannya. Ia menandaskan, Turki berjuang untuk dapat merancang dan menghasilkan 100% peralatan pertahanannya di dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan di sektor-sektor kritis.
Turki juga menyatakan secara tegas, bahwa Ankara tidak akan membiarkan negara-negara lain menggunakan produk-produk industri pertahanan Turki untuk menyerang negeri itu. Hal itu merupakan bagian dari strategi pertahanan Turki.
Diakui, produk wahana udara tanpa awak bersenjata (UCA) atau drone merupakan salah satu produk unggulan Turki. Drone-drone tersebut akan dikembangkan lebih lanjut dengan melengkapi persenjataannya sebagai drone bersenjata (UCAV).
“Kami akan menggunakan UCAV tersebut dan amunisi yang mereka bawa lebih efektif,” ujarnya. Dalam periode mendatang, lanjut dia, pesawat tak berawak akan mampu menembak targetnya sendiri.
Akinci, diakui merupakan salah satu UCAV utama dan paling canggih serta menjadi andalan Turki saat ini. UCAV ini, kata Demir, akan menjadi bintang baru Angkatan Udara Turki.
Produksi massal UCAV Akıncı telah dimulai dan pengiriman akan berlangsung sepanjang tahun.
Untuk jangkauan dan jumlah waktu yang dapat bertahan di udara akan bervariasi tergantung pada sistem yang digunakan pada drone. Ia menambahkan, drone Alkinci mampu membawa 1,5 ton beban.
Pada awal Februari, Chief Technology Officer (CTO) Baykar Selçuk Bayraktar mengatakan, UCAV Alkinci akan segera diproduksi secara massal. Drone canggih ini dapat terbang selama 24 jam hingga ketinggian maksimum 40.000 kaki (12,19 km).
Akinci memiliki rentang sayap 20 meter. Drone ini dilengkapi dengan radar AESA (active electronically scanned array).
Rudal udara ke udara Gökdoğan dan Bozdoğan serta beberapa amunisi lainnya buatan lokal darpat diluncurkan dari drone ini, termasuk rudal standoff (SOM).
Masuknya UCAV khusus ini ke dalam inventaris AU Turki, telah menarik minat negara lain untuk memilikinya. Hal ini juga didorong oleh kesuksesan drone lokal lainnya seperti Bayraktar TB2. Drone Bayraktar mendapatkan ketenaran di seluruh dunia setelah dioperasikan di sejumlah medan perang.
Pertahanan udara dan mesin pesawat
Di sektor pengembangan peralatan pertahanan lainnya, Turki telah berhasil membuat TCG Anadolu yang menjadi kapal bendera bagi Komando Angkatan Laut Turki (DzKK). Kapal serbu amfibi multiguna dok helikopter pendarat pertama (LHD) ini akan dikirim ke Angkatan Laut Turki pada akhir tahun ini.
Hitung mundur juga telah dimulai untuk sistem pertahanan udara jarak jauh Siper dan jet tempur generasi kelima Turki TF-X atau National Combat Aircraft (MMU).
“Desain MMU terus berlanjut. Tim besar sedang bekerja di fasilitas Industri Dirgantara Turki (TAI),” ujar Demir. Ia menyebut, prototipe TF-X akan keluar dari hanggar (Roll-Out) pada 2023.
Demikian juga dengan mesin yang akan digunakan oleh TF-X. Turki akan mengandalkan mesin produksi lokal agar terhindar dari ketergantungan terhadap negara lain.
Sebelumnya pada 14 Februari, TAI dan TRMOTOR telah menandatangani protokol baru untuk bersama-sama memproduksi mesin untuk proyek MMU.
Setelah membuat kesepakatan dengan perusahaan TRMOTOR untuk pengembangan solusi Auxiliary Power Unit dan Air Turbine Start System, TAI juga telah menyelesaikan fase kritis proyek MMU.
Kemudian mengenai mesin yang dirancang untuk helikopter multiperan asli Turki yang pertama, T625 Gökbey dari TAI, juga dapat digunakan sebagai tenaga penggerak helikopter serang T129 Tactical Reconnaissance and Attack Helicopter (ATAK) yang proses ekspornya berlanjut dengan baik.
ATAK merupakan helikopter generasi baru, tandem, dua tempat duduk, bermesin ganda yang dirancang khusus untuk serangan dan pengintaian.
Di sektor pertahanan udara, Turki telah berhasil membuat sistem pertahanan berlapis. Turki telah menghasilkan pertahanan udara jarak pendek Hisar-A, Hisar-A +, Hisar-O dan Hisar-O + dan berlanjut ke sistem pertahanan udara jarak jauh Siper.
Demir menyatakan, Siper akan memiliki mesin dua langkah, seperti Hisar-A dan Hisar-O yang memungkinkan efektivitas maksimum selama peluncuran vertikal bersama dengan homing radar aktif dan hulu ledak berpemandu inframerah. Diharapkan, Siper dapat masuk ke inventaris militer Turki pada 2023.
Hisar A + dikembangkan bersama oleh kontraktor pertahanan terkemuka Aselsan dan Roketsan di bawah koordinasi SSB. Rudal Hisar dikembangkan untuk melindungi pangkalan militer, pelabuhan, fasilitas, dan pasukan dari ancaman berbasis udara serta untuk memenuhi kebutuhan tentara Turki akan sistem pertahanan udara ketinggian rendah dan menengah.
Saat menyelesaikan fase uji pada Maret 2019, Hisar A+ berhasil menghancurkan targetnya dengan tingkat keberhasilan 100%.
Teknologi roket dan luar angkasa
Di bidang teknologi luar angkasa dan produksi satelit, Demir mengatakan Turki telah mulai mengembangkan bahan bakar roket yang terbuat dari bahan padat dan sedang mencari cairan dan hibrida.
November tahun lalu Presiden Recep Tayyip Erdoğan menyatakan, Turki telah menyelesaikan uji peluncuran satelitnya dan mencapai luar angkasa empat kali. Kemudian pada Januari ini, roket SpaceX Falcon 9 diluncurkan dari landasan peluncuran di negara bagian Florida AS untuk menyebarkan satelit komunikasi Turki generasi baru, yaitu satelit Türksat 5A.
Dilengkapi dengan teknologi terbaru dan kapasitas yang lebih tinggi, Türksat 5A akan menyediakan layanan televisi dan meningkatkan jaringan data broadband. Sebelumnya, tiga dari satelit komunikasi telah berada di luar angkasa, yaitu Türksat 3A, Türksat 4A, dan Türksat 4B. Sedangkan tiga satlit lainnya, yaitu Göktürk-1, Göktürk-2, dan Rasat digunakan sebagai satelit observasi.
Pada 9 Februari lalu, sebuah terobosan lain juga diluncurkan Turki. Yaitu, peta jalan luar angkasa dalam 10 tahun ke depan. Salah satunya adalah misi ke bulan, mengirim astronot Turki ke misi ilmiah di luar angkasa, dan mengembangkan sistem satelit yang layak secara internasional.
Program yang dijalankan oleh Badan Antariksa Turki (TUA) ini akan membuka pintu perjalanan ke luar angkasa.
Roni Sont