AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) telah melakukan beberapa kali revisi pengusulan alutsista yang terus disesuaikan dengan berbagai kondisi global dan kemampuan negara.
Meskipun TNI AU sendiri telah memiliki pedoman Postur, Renstra, maupun MEF (Minimum Essential Forces), dalam pelaksanaannya sangat bergantung sekali pada berbagai faktor dan kondisi yang terus berubah secara dinamis
Hal itu dikatakan Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Fadjar Prasetyo dalam Rapat Pimpintan TNI AU 2021 di Mabesau, Cilangkap, Jakarta Timur pada Kamis, 18 Februari.
“Beberapa kali kita harus melakukan revisi pengusulan alutsista, yang terus disesuaikan dengan berbagai kondisi global dan kemampuan negara. Meskipun kita memiliki pedoman Postur, Renstra, maupun MEF, namun dalam pelaksanaannya sangat bergantung sekali pada berbagai faktor dan kondisi yang terus berubah secara dinamis,” ujar KSAU.
Ditambahkan, seluruh stakeholder mulai dari Kementerian Pertahanan hingga TNI Angkatan Udara, telah berulang kali berdiskusi dan mengkaji untuk menemukan terobosan yang solutif.
Hal tersebut, ujarnya, semata-mata untuk memudahkan langkah bersama dalam mendapatkan alutsista terbaik yang memenuhi operational requirement, aspek commonality, mendapatkan Transfer of Technology, serta sesuai dengan kemampuan negara dan kondisi TNI Angkatan Udara.
“Hasil dari berbagai upaya tersebut, kini telah mulai menampakkan titik terang. Mulai tahun ini hingga tahun 2024, kita akan segera merealisasikan akuisisi berbagai alutsista modern secara bertahap. Beberapa di antara alutsista tersebut adalah: Pesawat multi-role combat aircraft, F-15EX dan Dassault Rafale, Radar GCI3, Pesawat berkemampuan Airborne Early Warning, Pesawat tanker yakni Multi Role Tanker Transport, Pesawat angkut C-130J, UCAV berkemampuan MALE, dan berbagai alutsista lainnya,” papar KSAU dalam Rapim TNI AU yang juga dihadiri oleh Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto itu.
Selanjutnya KSAU mengatakan, berdasarkan Surat Kemhan ke Bappenas No. R/52/M/I/2021, jumlah Radar GCI sebanyak 25 unit.
“Di samping itu, untuk memenuhi kebutuhan alutsista dalam waktu dekat, kita juga akan melaksanakan modernisasi berbagai pesawat tempur TNI Angkatan Udara, yang pelaksanaannya akan dimulai pada tahun ini.”
Fajar menekankan, esensi terpenting dari penambahan alutsista bukanlah pada penambahan jumlah platformnya. Namun, yang jauh lebih esensial adalah pada peningkatan kemampuan secara signifikan yang dapat TNI AU berdayakan dalam menjaga kedaulatan negara di udara.
“Yang menjadi tugas kita sebagai prajurit TNI Angkatan Udara, adalah memastikan terjaganya kesiapan operasional matra udara, melalui pembinaan kemampuan personel serta pemeliharaan dan perawatan alutsista, agar terus berada pada level tertinggi,” tekannya.
TNI AU diharapkan dapat memastikan kesiapan personel dan satuan dalam mengoperasikan dan memelihara berbagai alutsista matra udara, serta melaksanakan berbagai tugas TNI Angkatan Udara secara profesional dan dengan penuh tanggung jawab.
Di samping itu, penekalan lainnya adalah menjaga safety dalam setiap pelaksanaan tugas yang harus selalu menjadi concern tertinggi.
Roni Sont
Hebat !!! saya cuma rakyat jelata, tapi ikut bangga kalau AU kita punya deterence tinggi, Flanker E cancel tapi ganti Rafale, trus F16 blok 70 ngilang dari rencana ganti Eagle EX. Lima Jempol dahhh….
tapi ada yang kurang dari list diatas, knp AEWC terbang ga masuk perencanaan ya ?
Pesawat AEW disebut kok. Makanya baca yang bener. Jangan malas baca dan asal-asalan.
Pasti itu bro…..malah kalo memperhatikan banner pada rapim kemarin, muncul gambar Erieye-ER dg platform jet embraer
Kalo sudah membahas aspek komonalitas maka peluang F-15 ex lebih besar ketimbang rafale……karena nyaris semua sensor dan senjata yg bisa dibawa F-15 ex juga kompatibel dg F-16 yg sudah dimiliki TNI AU
Lima jempol kebawah..
Ga kapok kapok yeh urusan sama Amrik..
India di tawarin “F16 blok 80” ga mempan.. lanjut F15 EX masih ga mempan.. hade tah sakumaha karep.. malah meuli tejas trus nambah su30 mki.. kena embargo? Ya tidak.. karna punya “tekad” dan nekad..
Ini baru di sambangin wakil si om sam.. langsung ketar ketir kepanasan revisi sana revisi sini.. hadeeuuuhh..