AIRSPACE REVIEW – “Radar Terbang” adalah sebuah istilah yang mengacu pada sistem yang dikenal sebagai Airborne Early Warning and Control (AEW&C) atau sistem pengendalian dan peringatan dini terbang yang dirancang untuk mendeteksi pesawat terbang, kapal dan kendaraan jarak jauh serta melakukan pengendalian dan komando dalam pertempuran udara dengan mengarahkan pesawat tempur sergap serta pesawat serang darat.
Satuan AEW&C juga digunakan untuk melakukan pengawasan, termasuk atas sasaran darat dan seringkali berfungsi menjadi C2BM (Command, Control and Battle Management) atau komando, kendali, dan manajemen pertempuran, yaitu sebuah fungsi yang mirip dengan Pengawas Lalu Lintas Udara pada jajaran komando operasi militer.
Ketika digunakan di ketinggian, maka radar pada pesawat memungkinkan operator untuk mendeteksi dan melacak target serta membedakan antara pesawat kawan dan lawan pada jarak lebih jauh daripada radar darat, dengan tetap dapat mengawasi sasaran yang terbang rendah di balik pegunungan atau dalam lembah. Kemampuan ini meningkatakan kewaspadaan situasi udara dalam operasi udara.
Radar udara seperti halnya radar berbasis tanah, dapat dideteksi oleh pasukan lawan. Tetapi karena mobilitasnya di udara, radar udara jauh lebih rentan terhadap serangan balik lawan.
Pesawat AEW&C digunakan untuk operasi udara defensif dan ofensif, baik untuk mengendalikan kekuatan udara maupun kekuatan laut dan darat. Sistem ini digunakan secara ofensif untuk mengendalikan pesawat tempur langsung ke lokasi target mereka. Juga untuk membela diri, mengarahkan serangan balik terhadap pasukan musuh, baik lawan di darat dan udara.
Sangat menguntungkan memiliki aset radar udara yang mampu melakukan komando dan kontrol dari suatu ketinggian. Sebagai gambaran Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy) mengoperasikan Northrop Grumman E-2 Hawkeye AEW&C yang terbang dari kapal induk untuk meningkatkan pengawasan dan melindungi gugus tugas nya.
Di Angkatan Udara Inggris (RAF) fungsi peringatan dini udara ( AEW ) menggunakan pesawat seperti Fairey Gannet AEW.3 dan Lockheed EC-121 dan terus digunakan oleh RAF dengan pesawat Sentry AEW 1.
Sementara fungsi AEW&C (peringatan dini dan kontrol udara) lebih lengkap dalam kemampuan pengendalian pertempuran udara yang tidak ada pada pesawat radar biasa. Istilah AWACS (Airborne Warning and Control System) adalah nama sistem yang dipasang di pesawat E-3 dan E-767 AEW&C milik Jepang.
Pesawat AEW&C modern dapat mendeteksi pesawat hingga jarak 250 mil (400 km) jauhnya di luar jangkauan kebanyakan rudal permukaan ke udara. Sebuah pesawat AEW&C yang terbang pada ketinggian 30.000 kaki (9.100 m) dapat mencakup area seluas 120.460 mil persegi (312.000 km2).
Dengan kemampuan ini maka tiga buah pesawat tersebut yang diterbangkan dalam orbit tumpang tindih dapat menutupi seluruh Eropa Tengah.
Dalam pertempuran udara-ke-udara sistem AEW&C dapat berkomunikasi dengan pesawat kawan untuk memperluas jangkauan sensor mereka dan membuat mereka lebih sulit untuk dilacak lawan, karena mereka tidak lagi perlu mengaktifkan radar mereka sendiri untuk mendeteksi ancaman.
Awal dari penggunaan sistem radar dalam Perang Dunia II, Inggris yang pertama kali mengembangkan perangkat radar yang bisa dilakukan di pesawat terbang untuk “Air Controlled Interception” Atau “Penyergapan Udara Terkendali”. Tujuannya adalah untuk mendeteksi ancaman dari arah Barat Laut di mana pesawat pembom jarak jauh Jerman Fw 200 Condor merupakan ancaman bagi pelayaran.
Sebuah pesawat pembom Vickers Wellington (serial R1629) dilengkapi dengan sebuah antena berputar. Alat ini diuji coba digunakan terhadap sasaran udara dan kemudian juga untuk kemungkinan penggunaan terhadap kapal “E-Boat” Jerman.
Peralatan lainnya adalah pesawat Wellington yang dilengkapi radar digunakan untuk mengarahkan pesawat Bristol Beaufighter kepada pesawat penyerang Heinkel He 111 yang digunakan untuk meluncurkan bom terbang V-1 sebagai versi awal rudal jelajah.
Banyak negara telah mengembangkan sistem AEW&C mereka sendiri, meskipun Boeing E-3 Sentry dan Northrop Grumman E-2 Hawkeye adalah sistem yang paling umum di seluruh dunia.
Pesawat E-3 Sentry dibangun oleh Boeing Defense, Space & Security berdasarkan pesawat Boeing 707-320. Sebanyak 65 buah pesawat E-3 dibangun dan dioperasikan oleh Angkatan Udara Amerika Serikat, NATO, Inggris, Perancis dan Arab Saudi.
Untuk Japan Air Self-Defense Force, teknologi E-3 telah dipasang ke dalam pesawat jenis Boeing E-767. Jepang saat ini telah memodernisasi armadanya dengan E-2D Advanced Hawkeye
.
Pesawat khusus Grumman E-2 Hawkeye mulanya dirancang untuk mendukung kebutuhan operas Angkatan laut AS mulai beroperasi pada tahun 1965 dan telah dioperasikan oleh delapan negara yang berbeda. Lebih dari 168 buah telah diproduksi dan versi baru terus dikembangkan sehingga sistem AEW yang paling banyak digunakan.
The Royal Australian Air Force, Angkatan Udara Korsel, dan Angkatan Udara Turki menggunakan pesawat Boeing 737 AEW&C.
Berbeda dengan E-2 dan E-3, Boeing 737 AEW&C ini tidak menggunakan radome disk yang berputar (rotodome) tetapi memiliki sirip punggung besar.
Angkatan Udara Swedia menggunakan S 100B Argus sebagai platform AEW-nya didasarkan pada pesawat Saab 340 dengan radar Erieye PS-890 buatan Ericsson.
Angkatan Udara Yunani, Angkatan Udara Brasil, dan Angkatan Udara Meksiko menggunakan pesawat Embraer R-99 dengan dilengkapi radar Erieye PS-890 seperti pada S 100B.
Pada awal 2006, Angkatan Udara Pakistan membeli enam system Erieye AEW yang dipasang pada pesawat Saab 2000 dari Swedia dengan harga total sekitar 1 miliar USD.
Pada Desember 2006, Angkatan Laut Pakistan mengakuisisi tiga pesawat bekas P-3 Orion AL AS dan dilengkapi dengan sistem AEW Hawkeye 2000, dengan biaya keseluruhan dari program ini adalah 855 juta USD.
Sementara Cina dan Pakistan juga menandatangani nota kesepahaman (MoU) untuk pengembangan bersama AEW&C system dengan nilai 278 juta USD.
Rusia menggunakan pesawat AEW dengan dasar pesawat Tupolev Tu-126 dan mulai beroperasi pada 1965 saat masih bernama Angkatan Udara Uni Soviet dan tetap digunakan sampai digantikan oleh Beriev A-50 pada tahun 1984.
Nefara Israel telah mengembangkan sistem radar terbang buatan Israel Aircraft Industries yaitu Elta EL/M-2075 Phalcon, yang menggunakan radar modern AESA (ActiveEelektronically Scanned Array) sebagai pengganti antena rotodome.
Sistem Phalcon asli dipasang pada Boeing 707 dan dikembangkan untuk Pertahanan Udara Israel dan untuk ekspor dengan dipasang pada pesawat jenis lain sesuai permintaan negara pemesan.
Maret 2019, diumumkan oleh Menteri Pertahanan Gavin Williamson bahwa Inggris telah menandatangani kesepakatan senilai 1,98 miliar USD untuk membeli lima E-7 Wedgetail.
Sementara India pada Desember 2020 bekerja sama dengan Airbus akan melaksanakan modifikasi pesawat jet komersial Airbus A320 menjadi pesawat AEW&C.
Uni Emirat Arab memesan tiga pesawat AEW&C GlobalEye dari Saab pada 2015, di mana pesawat kedua telah diterima pada Oktober 2020.
Kementerian Angkatan Bersenjata Perancis pada 4 November 2020 mengumumkan akan mengakuisisi tiga pesawat peringatan dini dan kontrol E-2D Advanced Hawkeye AEW&C dari Amerika Serikat.
Setiap Angkatan Udara sudah selayaknya dilengkapi system AEW&C. Dengan harapan dalam pelaksanaan operasi Udara dapat mengawasi area yang lebih luas dan jangkauan tidak terhambat oleh bentang alam seperti permukaan bumi yang bergelombang.
Semua ancaman bisa ditangkap agar tidak terjadi pelanggaran wilayah udara lewat ketinggian rendah serta meningkatakan koordinasi serta kewaspadaan situasi dan mengurangi ancaman udara terhadap pesawat kawan dalam pelaksanaan operasi udara, khususnya dalam medan perang udara modern.
Kolonel Pnb Agung “Sharky” Sasongkojati
(tulisan di atas merupakan update dari Q/A di majalah Angkasa tahun 2014)
Wah sayang tni au kita belom punya pesawat secanggih ini,, apalgi untuk menghadapi F-35 Australia dan Singapura yang pastinya bakal nyelonong ke ruang udara Indonesia