AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Biaya operasional jet tempur siluman F-35 Lightning II yang selangit dirasa akan makin memberatkan penggunaan jet tempur siluman ini oleh Angkatan Udara Amerika Serikat (USAF).
Hingga saat ini F-35 pun masih terus dikembangkan dan membutuhkan biaya yang terus membengkak. Sedangkan biaya operasional pesawat ini tak ada tanda-tanda menyusut.
Adalah Kepala Akuisisi USAF Will Roper yang mengatakan hal ini menjawab pertanyaan wartawan mengenai masa depan F-35.
Seperti Airspace Review kutip dari Breaking Defense, biaya siklus hidup F-35 yang dinilai sangat tinggi, dapat menyebabkan USAF tak sanggup lagi membeli atau mengoperasikan sebanyak mungkin pesawat ini untuk berperang melawan musuh.
Oleh karenanya, kata Roper, program untuk mewujudkan Next-Generation Air Dominance (NGAD) akan makin terasa dibutuhkan. Untuk diketahui, NGAD disebut-sebut sebagai salah satu jet tempur generasi keenam AS yang dipersiapkan untuk USAF
“Saya pikir program F-35 masih jauh dari titik keberlanjutan yang kami butuhkan. Saya pikir pesawat ini masih jauh untuk menjadi penempur yang terjangkau yang dapat kami beli dalam jumlah banyak,” ujar Roper kepada para wartawan. “Itulah alasan mengapa NGAD sangat penting bagi Angkatan Udara.”
Ditandaskan, NGAD akan menjadi pesawat yang lebih berkelanjutan ketika F-35 tidak bisa lagi menurunkan biaya per jam terbangnya.
Roper menyebut, USAF telah mencanangkan pengoperasian 1.763 F-35 di mana pada tahun 2021 ini akan diakuisisi sebanyak 48 pesawat.
Tetapi katanya, ketika jumlah yang banyak itu tidak tercapai, maka angkatan udara akan menghadapi masalah dalam pertempuran karena secara kuantitas dan kualitas tidak terpenuhi.
Dijelaskan, pesawat tempur angkatan udara harus siap untuk membangun dominasi udara pada hari pertama perang.
Sehingga, jika mereka tidak menang di hari pertama, maka tidak akan ada waktu untuk tersisa untuk perang.
“Inilah mengapa kuantitas F-35 yang tersedia penting, begitu juga kualitas kemampuannya,” ujarnya. “Sementara kuantitas erat kaitannya dengan apakah biaya per jam terbang bisa turun atau tidak.”
Pembaruan F-35 Block 4
Pembaruan F-35 Blok 4 yang sedang dilaksanakan Lockheed Martin, tambah dia, mencakup perangkat keras dan perangkat lunak untuk memungkinkan F-35 memiliki komputer yang lebih cepat, lebih banyak rudal, tampilan kokpit panorama, jarak yang lebih jauh, serta kemampuan untuk bekerja sama dengan drone.
Tetapi Kantor Akuntabilitas Pemerintah (GAO) menemukan adanya peningkatan 1,5 miliar USD dalam biaya peningkatan F-35 ke Block 4 di tahun 2019. Sedangkan sekarang, tambah dia, telah mencapai angka 12,1 miliar USD.
Dalam laporan itu disebutkan, program pembaruan F-35 juga telah mengalami banyak penundaan. Sehingga, F-35 di lapangan belum memenuhi standar untuk keandalan dan pemeliharaan. Hal ini menunjukkan bahwa program tersebut belum memungkinkan pesawat ini pada tingkat kualitas yang diharapkan.
Sementara itu, menanggapi masalah tersebut Lockheed Martin mengatakan, perusahaan telah memahami pentingnya keterjangkauan F-35, baik yang berkaitan dengan produksi maupun pemeliharaan. Lockheed Martin berfokus pada penawaran kemampuan F-35 yang tak tertandingi dengan biaya serupa pesawat lama.
“Kami saat ini mengirimkan F-35 dengan atau di bawah biaya operasional pesawat generasi keempat yang kemampuannya jelas lebih rendah, sekaligus kami menurunkan biaya pemeliharaan sebesar 40% selama lima tahun terakhir,” kata Lockheed Martin melalui juru bicaranya.
Pernyataan Lockheed Martin mendapat dukungan dari analis penerbangan Richard Aboulafia. Namun demikian ia mengatakan bahwa pembelian 1.763 F-35 untuk USAF merupakan salah satu fiksi asing dalam pengadaan pertahanan di AS.
Di satu sisi ia juga menyoroti, terlalu dini untuk mengandalkan NGAD sebagai pengganti F-35.
Berapa biaya operasional per jam terbang F-35?
Merujuk pada pemberitaan The New York Times Magazine pada Agustus 2019 disebutkan, ukuran penting dari biaya, keberlanjutan, dan nilai jet baru merupakan komponen total biaya operasi.
Pada tahun 2018, menerbangkan sebuah F-35A rata-rata menghabiskan biaya sekitar 44.000 USD per jam atau sekitar dua kali lipat biaya pengoperasian Boeing F/A-18E/F Super Hornet di angkatan laut.
Beberapa pejabat tinggi militer saat itu, termasuk Kepala Staf USAF Jenderal Dave Goldfein dan mantan Sekretaris Angkatan Udara Heather Wilson mengeluh mahalnya menerbangkan dan memelihara jet tempur F-35A (varian untuk USAF).
Dari situ muncul wacana untuk mengurangi pembelian F-35A dalam jumlah yang lebih sedikit jika biaya operasional pesawat ini tidak menyusut.
Roni Sont