AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Di penghujung tahun 2020, di tengah masa pandemi COVID-19, datang kabar gembira pesawat N219 Nurtanio buatan PT Dirgantara Indonesia (PTDI) hasil kerja sama dengan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) resmi mendapatkan Sertifikat Tipe atau Type Certificate (TC) dari Kementerian Perhubungan Republik Indonesia.
TC ini diserahkan oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Nur Isnin Istiartono kepada Direktur Utama PTDI Elfien Goentoro, disaksikan oleh Menteri Perhubungan RI Budi Karya Sumadi di Ruang Mataram di Gedung Kementerian Perhubungan RI, Jakarta pada Senin, 28 Desember 2020.
Dengan diperolehnya TC ini, artinya PTDl telah dapat lampu hijau untuk memproduksi secara massal N219 dan dapat digunakan secara komersial.
Pemesan N219
Nah yang menjadi pertanyaan banyak orang, berapa pesawat N219 yang bakal diproduksi? Dan siapa pemesan dan operator pertamanya?
Untuk mengetahui jawaban tersebut, redaksi Airspace Review menghubungi Harry Harjoyo yang kini menjabat sebagai Asisten Manajer Komunikasi Internal PTDI.
“Delivery pertama untuk Pemda Aceh di bulan Agustus 2022. Untuk bisa deliver di Agustus 2022, proses produksi harus segera di mulai di awal 2021,” ungkap Harry.
Selain Pemda (Pemerintah Daerah) Aceh, instansi pemerintah lain yang telah menyatakan minatnya terhadap N219 adalah Pemda Kalimantan Utara, dan Papua. Lalu maskapai penerbangan di dalam negeri yakni Aviastar, Trigana, dan Pelita Air.
Sementara pihak luar negeri yang juga telah menyampaikan minat pembelian dan kerja sama produksi N219 meliputi Uni Emirat Arab, Kolombia, Nigeria, dan Singapura.
Total pesanan N219 hingga tahun 2019 sebelum masa pandemi covid19 tercatat sebanyak 104 pesawat. Setiap unit pesawat nantinya akan dibanderol sekitar 6 juta dolar AS berdasarkan acuan tahun fiskal 2019.
Untuk memenuhi pesanan pesawat N219 tersebut, pada tahap awal PTDI akan memproduksi empat pesawat per tahun. Selanjutnya akan meningkat menjadi delapan pesawat per tahun.
Sementara saat ditanyakan untuk kandungan lokal N219, Harry menjawab, “Berdasarkan hasil assessment oleh PT Surveyor Indonesia tahun 2019 adalah sebesar 44,69% dan PTDI dengan melibatkan berbagai industri komponen dalam negeri akan terus berupaya meningkatkan nilai TKDN pesawat N219 hingga mencapai lebih dari 50%.”
Seperti diketahui, N219 adalah pesawat pertama murni rancangan Indonesia yang akan diproduksi massal. Sebelumnya pesawat komuter regional N250 gagal masuk jalur produksi.
Spesifikasi N219
Untuk spesifikasinya, N219 diawaki dua kru dan kapasitas 19 penumpang. Panjangnya 16.49 m, rentang sayap 19.5 m dan tinggi 6.18 m.
Pesawat dengan berat maksimum lepas landas (MTOW) 7.030 kg ini ditenagai dua mesin turboprop Pratt & Whitney Canada (PWC) PT6A-42 berdaya masing-masing 630 kW (850 shp).
Kecepatan jelajah N219 mencapai 310 km/jam dan kecepatan maksimumnya 390 km/jam. Ketinggian terbang hingga 3.000 m dan jangkauan feri sejauh 1.533 km.
Pesawat N219 terbilang sangat cocok digunakan di Indonesia yang merupakan negara kepulauan. Pesawat dapat dijadikan sebagai jembatan udara untuk menghubungkan seluruh wilayah Tanah Air terutama daerah terpencil dengan fasilitas bandara yang minim.
Sedangkan di pasaran ekspor N219 memiliki pesaing yang cukup berat. Di antaranya pemain lama yakni Viking Twin Otter 400 dari Kanada, Harbin Y-12E dari China, dan pendatang baru Cessna 408 SkyCourier dari Amerika Serikat.
Rangga Baswara Sawiyya
BUKANNYA N-250 nya EYANG HABIBIE pesawat PERTAMA MURNI nya IPTN/ PT DI…….????
Silakan dicermati dulu kalimatnya Pak: Seperti diketahui, N219 adalah pesawat pertama murni rancangan Indonesia yang akan diproduksi massal.
N250 tidak diproduksi massal dan sekarang sudah menjadi museum. Terima kasih atas perhatiannya.
Rencana yg gagal …
Sayang sekali ….