Airspace Review

AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Sejumlah armada F-15E milik Angkatan Udara AS (USAF) akan menggunakan sayap daur ulang dari pesawat F-15S milik Angkatan Udara Kerajaan Saudi (RSAF).

Hal itu dilakukan USAF sebagai sebuah terobosan untuk mempertahankan armada Strike Eagle agar dapat digunakan hingga tahun 2040 sekaligus penghematan anggaran.

Untuk diketahui, sejumlah F-15E USAF telah mengalami kelelahan dan membutuhkan sayap baru yang siap pakai. Sementara jika menunggu sayap baru dari pabrik Boeing, butuh waktu lima tahun dan harganya pun lima kali lipat dari harga sayap daur ulang.

USAF

Proses refurbish sayap F-15S untuk digunakan pda F-15E milik USAF di Warner Robins AFB.

Skadron Manajemen Rantai Suplai ke-409 bersama Kantor Program F-15 Pusat Manajemen Siklus Hidup Angkatan Udara AS, dan Kantor Program Konversi Pesawat Tempur dan Pesawat Lanjutan F-15SA di Pangkalan Angkatan Udara Warner Robins, Georgia bekerja sama dengan RSAF untuk memperoleh sayap F-15S. Pemasangan akan dilaksanakan mulai 2021.

Sayap pesawat bekas F-15S Arab Saudi itu akan di-refurbish terlebih dahulu sebelum digunakan oleh F-15E USAF.

USAF mengatakan, kesepakatan dengan RSAF yang telah dirintis sejak 2018 ini telah menghemat anggaran sebesar 80 juta USD untuk delapan set sayap di tahun anggaran 2020.

Sementara potensi penghematan keseluruhan mencapai 250 juta USD untuk tambahan 42 sayap bekas yang akan diakuisisi USAF dari RSAF berikutnya.

Arab Saudi meningkatkan 68 F-15S ke F-15SA yang lebih canggih

Arab Saudi melakukan pembelian 84 F-15SA Advanced Eagles pada 2010 dan menerima pengiriman pesawat pertama brand new tersebut pada tahun 2017. Seluruh pesanan pesawat ini telah diterima pada 11 Desember 2020.

Pada 2012 Arab Saudi memberikan kontrak tambahan kepada Boeing melalui program Penjualan Militer Asing (FMS) untuk meningkatkan 68 pesawat F-15S yang dimiliki ke versi F-15SA yang lebih canggih.

Roni Sontani