AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Berbagai perangkat keras dan sistem baru diciptakan untuk meningkatkan kemampuan bertempur di lautan. Salah satunya adalah drone mata-mata penuntun torpedo kapal selam Angkatan Laut Amerika Serikat (USN/AL AS) bernama Blackwing.
Drone yang dibuat oleh AeroVironment ini diluncurkan dari kapal selam untuk terbang di udara dan menjadi ‘mata dan telinga’ bagi kapal selam dan persenjataan yang diluncurkan, khususnya torpedo.
Penggunaan drone seperti ini didorong oleh fakta bahwa dalam kondisi bahaya atau dalam keadaan bertempur, kapal selam tidak akan muncul ke permukaan untuk menggunakan periskopnya. Sebab, dengan cara seperti itu posisi kapal selam akan mudah diketahui dan menjadi sasaran musuh.
Maka dari itu, drone jenis SLUAS (submarine-launched unmanned aerial system) ini diluncurkan dari kapal selam untuk memantau keadaan sekitar sekaligus memandu torpedo kapal selam menuju sasaran di luar jangkauan sonarnya.
Dilengkapi sayap dan baling-baling yang digerakkan menggunakan motor listrik
Laksamana Dave Goggins, pejabat kapal eksekutif kapal selam AS dalam sebuah seminar simposium liga kapal selam AS mengatakan, SLUAS merupakan sebuah terobosan yang telah diterima oleh pasukan kapal selam.
Setelah diluncurkan ke udara, drone Blackwing akan membuka sayap dan menggerakkan baling-balingnya menggunakan motor listrik. Drone dilengkapi kamera yang dapat melihat pada siang maupun malam hari serta diberi kemampuan untuk mengirimkan data-data serta lokasi target yang menjadi sasaran.
Pengembangan drone jenis ini dilakukan di bawah program USN, Advanced Weapons Enhanced by Submarine UAS against Mobile Targets (AWESUM). Blackwing yang merupakan turunan dari Switcblade buatan Aerovironment, adalah salah satu drone yang telah menjalani uji coba.
Drone Blackwing diuji oleh kru kapal selam serang nuklir USS Annapolis (SSN 760) yang menggunakannya dalam simulasi serangan torpedo terhadap kapal perang pesisir kelas Independence yaitu USS Charleston (LCS 18). Drone ini memandu torpedo hingga jarak tembak maksimalnya. Setelah menjalani pengujian, Blackwing dikabarkan mulai mengisi jajaran kapal selam AS pada September 2020 lalu.
Blackwing memiliki bobot sekitar dua kilogram dan dilengkapi sayap sepanjang 68,5 cm. Kecepatan dan durasi penerbangan drone ini belum dilaporkan. Hanya saja, jika mirip dengan Switchblade, drone ini diprediksi memiliki ketahanan terbang di udara selama setengah jam dan terbang hingga kecepatan 100 km/jam.
Bisa saja spesifikasinya lebih dari itu, karena AL AS sendiri sebelumnya menginginkan sistem tak berawak ini bisa mengudara minimal selama satu jam.
Baca Juga: US Navy dinaskan kapal selam nuklir USS Delaware (SSN 791)
Drone juga diminta harus dipasang di peluncur umpan dan memiliki tautan komunikasi terenkripsi dengan kapal selam.
Drone harus bisa terbang secara otonom sehingga kapal selam tidak harus mengirimkan sinyal kendali yang dapat mengungkapkan lokasinya.
Roni Sontani