AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Pesawat tanpa awak bersenjata MQ-9 Reaper (Predator-B) akan semakin cerdas dengan peningkatan kemampuan sensor penginderaan otonom terbaru.
General Atomics Aeronautical Systems, Inc. (GA-ASI) telah mendapatkan kontrak senilai 93,3 juta dolar AS dari Joint Artificial Intelligence Center (JAIC) untuk proyek tersebut.
Seperti disiarkan GS-ASI pada 24 November 2020, tujuan dari proyek JAIC Smart Sensor ini adalah untuk meningkatkan teknologi kecerdasan buatan (AI) pada MQ-9 dengan menambahkan algoritma pengenalan objek.
Selain itu, penggunaan AI terbaru pada drone ini juga dapat mengontrol sensor pesawat dan penerbangan otonom secara langsung.
Baca Juga: MQ-9A membawa Sparrowhawk, pengembangan terbaru dari General Atomics
Wakil Presiden Pengembangan Strategis GA-ASI J.R. Reid mengatakan, pengembangan AI pada MQ-9 Reaper akan membawa peningkatan luar biasa dalam kemampuan sistem tak berawak di seluruh operasi militer.
MQ-9 merupakan UCAV pertama dari jenis HALE (high-altitude, long endurance) yang digunakan oleh Angkatan Udara Amerika Serikat (USAF).
MQ-9 dilengkapi tujuh gantungan untuk membawa bom dan rudal
USAF mengoperasikan lebih dari 200 drone ini dan akan menggunakannya hingga tahun 2030-an.
Selain USAF, sejumlah negara juga turut menggunakan drone yang mampu terbang hingga ketinggian 50.000 kaki ini. Di antaranya adalah Australia, Perancis, Italia, Inggris.
MQ-9 dilengkapi tujuh gantungan untuk membawa beragam bom maupun rudal udara ke darat AGM-114 Hellfire.
Roni Sontani