AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Banyak negara menginginkan F-35, tidak demikian dengan Jerman. Angkatan Udara Jerman (Luftwaffe) lebih memilih untuk menggunakan Eurofighter Typhoon generasi terbaru daripada jet tempur siluman buatan Lockheed Martin, Amerika Serikat itu.
Komite Anggaran Parlemen Jerman pada 5 November 2020 telah memberikan persetujuan kepada Kementerian Pertahanan Jerman untuk membeli 38 Eurofighter Typhoon generasi terbaru melalui Airbus senilai 5,4 miliar euro.
Sementara tersingkirnya F-35 sebenarnya sudah terpublikasi pada akhir tahun lalu dan pada Maret 2020 Luftwaffe mengumumkan telah memilih untuk mendapatkan 90 Eurofighter Typhoon, 30 F/A-18E/F Super Hornet, dan 15 EA-18G Growler daripada membeli F-35 Lightning II untuk mengganti armada Panavia Tornado.
Super Hornet dipilih sebagai platfom untuk membawa bom nuklir B61 sesuai kebutuhan NATO. Untuk itulah, dalam rencana pembelian pengganti Tornado ini Jerman membaginya kepada Airbus dan Boeing.
Sementara Growler dipilih untuk menggantikan peran Tornado dalam hal melaksanakan misi peperangan elektronik.
Disebutkan, Typhoon selain dapat digunakan untuk peperangan udara, juga dapat menjalankan tugas untuk melawan target di darat.
Seperti Airspace Review kutip dari pemberitaan DW, kontrak yang telah disetujui oleh parlemen ini merupakan bagian dari rencana jangka panjang Kementerian Pertahanan Jerman untuk mendapatkan setdikitnya 93 jet Typhoon bersama dengan 45 F/A-18E/F Super Hornet dan EA-18G Growler dari Boeing.
Pembelian sisa jet berikutnya diharapkan dapat dilaksanakan setelah pemilihan federal Jerman tahun depan.
Menteri Pertahanan Annegret Kramp-Karrenbauer menyatakan, ingin mengganti jet Eurofighter tertua dari armada Jerman dengan jet baru.
Eurofighter generasi pertama (Tranche 1) telah beroperasi di Luftwaffe sejak 2004 dan selama bertahun-tahun memberikan “tantangan yang lebih besar” kepada angkatan udara.
Sementara Luftwaffe mengatakan, pembelian generasi terbaru Typhoon dapat meningkatkan keandalan Angkatan Udara Jerman dalam aliansi NATO.
“Keputusan penting ini memperkuat kemampuan kami di angkatan udara. Dengan mengganti Tranche 1 yang sudah usang dan rentan terhadap perbaikan, kami meningkatkan kesiapan operasional armada Eurofighter dan dengan demikian merupakan keandalan kami dalam aliansi [NATO],” kata Ingo Gerhartz , Inspektur Jenderal Angkatan Udara Jerman.
Angkatan udara Jerman mengatakan, sekarang akan memiliki pesawat berkemampuan multi-peran yang dapat digunakan tidak hanya melawan pesawat musuh di udara tetapi juga terhadap target di darat.
Ditambahkan, Typhoon terbaru akan dilengkapi dengan teknologi radar paling modern dan hal itu merupakan kemajuan teknologi besar dalam digitalisasi.
Sementara itu Airbus mengatakan, generasi terbaru Eurofighter, Tranche 4, adalah pesawat tempur terbaik dan termodern saat ini yang ditawarkan Eropa.
Partai-partai besar pengusung pemerintahan berkuasa di Jerman saat ini seperti Partai Demokrat Bebas (FDP) dan Partai Alternatif untuk Jerman (AfD) memberikan dukungan yang besar dalam rencana pembelian jet tempur Typhoon generasi terbaru.
Saat ini Luftwaffe memiliki 141 Eurofighter Typhoon, terdiri dari Tranche 1, Tranche 2, dan Tranche 3A.
Roni Sontani
Bungkus untuk Indonesia 24 unit yg bener bener gres/baru, dari pada beli bekas…
Lupakan F35, udah gak bakalan dikasih mamarika…
+62 bisa beli, tapi belum mampu untuk merawatnya kak, makanya disarankan mama Rika bertahap aja, sebelum sampai ke F35 🙏
Layak dicontoh sikap Jerman yg lebih memilih pesawat lain dibandingkn pesawat Amerika F-35 lighting II yg tidak mau dijual ke Indonesia oleh Amerika. Kan bagus tuh buat Amerika gusar klo militer Indonesia memilih pesawat Eropa atau Russia
masalahnya nanti pembatasan produsen amerika terhadap penjualan mesin dll