AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Kepala Staf Angkatan Udara India Marsekal Rakesh Kumar Singh Bhadauria mengatakan, pasukan negara India saat ini berada pada posisi yang tepat untuk menghadapi ancaman apa pun.
Hal itu dikatakan Bhadauria menjawab pertanyaan media terkait konflik India-China di perbatasan Ladakh dalam konferensi pers menjelang peringatan Hari Angkatan Udara India (IAF) yang ke-88 tahun pada 8 Oktober mendatang.
Ia menegaskan, pengerahan pasukan yang sangat kuat telah dilakukan oleh India di semua wilayah yang relevan dengan mempertimbangkan skenario keamanan di sepanjang perbatasan utara.
Pada saat yang sama, pembicaraan tingkat tinggi diplomatik dan militer untuk meredakan ketegangan di wilayah tersebut terus dilakukan hingga saat ini oleh delegasi kedua negara.
Menyinggung mengenai kekuatan militer udara China, Bhadauria memastikan bahwa hal itu tidak lebih baik dari kemampuan India.
“Pesawat tempur kami mampu menembak lebih dulu, menyerang ke dalam, dan keras,” ujarnya di New Delhi seperti diberitakan Sputnik pada 5 Oktober 2020.
Dijelaskan, area kekuatan Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat (PLAAF) termasuk sistem senjata permukaan ke udara dan senjata peluncur udara jarak jauh sudah dapat dipetakan dan dilayani dalam matriks militer India.
Bhadauria juga menggarisbawahi, IAF siap menghadapi perang dua fron di sepanjang perbatasan utara dan barat jika skenario seperti itu muncul.
Seperti diketahui, bentrokan militer antara India dan China terjadi pada akhir April lalu di Ladakh timur yang berpuncak pada pertengahan Juni ketika 20 tentara India tewas dalam peristiwa tersebut.
Bhadauria mengesampingkan kemungkinan adanya bantuan dari militer Amerika Serikat saat berurusan dengan China.
“Tidak ada yang akan berperang untuk kita. Kita harus melakukannya sendiri. Tidak bisa mengandalkan orang lain,” pungkas Bhadauria menjawab pertanyaan media.
Roni Sontani