AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Pertama kali dalam sejarah, Israel mengirimkan jet-jet tempurnya ke Jerman untuk melakukan latihan tempur bersama. Tel Aviv mengirimkan 6 F-16C/D “Barak” milik Angkatan Udara Israel (IAF) berikut sejumlah pesawat lain, yaitu 2 Boeing 707 “Re’em” dan 2 Gulfstream G550 “Nachshon-Eitam”.
Selama dua minggu sejak 17 Agustus 2020, seluruh pesawat ini melaksanakan latihan pertempuran udara dengan armada Eurofighter Typhoon milik Angkatan Udara Jerman (Luftwaffe).
Sebelum melaksanakan latihan, pesawat-pesawat IAF dan Luftwaffe melaksanakan penerbangan melintas (flypast) di atas Dachau, 16 km barat laut Munich pada 18 Agustus 2020.
Dachau merupakan bekas kamp konsentrasi “Holocaust” Nazi Jerman yang digunakan sebagai kamp tawanan dan genosida terhadap bangsa Yahudi.
Flypast dengan tema “Memory for the Future” ini dipimpin oleh satu G550 diikuti oleh kawanan F-16 Barak dan Eurofighter Typhoon.
Setelah itu penerbangan lintas dilanjutkan di atas Bandara Fürstenfeldbruck dekat Munich untuk mengenang tragedi pembunuhan terhadap 11 atlet asal Israel dalam serangan teroris pada Olimpiade Munich 1972 di Jerman. Asrama para atlet Israel kala itu berada di dekat bandara tersebut.
Komandan IAF Mayor Jenderal Amikam Norkin ikut dalam penerbangan lintas di pesawat Gulfstream G550 bersama dengan Komandan Luftwaffe Letnan Jenderal Ingo Gerhartz.
Pesawat tersebut diterbangkan oleh Komandan Skadron ke-122 “Nachson” yaitu Letkol G yang merupakan wanita pertama di IAF yang memimpin skadron ini.
Latihan di tempat asing
IAF menjelaskan, latihan tempur udara di Jerman selain yang pertama, juga merupakan latihan tempur satu-satunya IAF di luar negara pada tahun ini akibat adanya pandemi COVID-19.
“Latihan dilaksanakan untuk meningkatkan kapabilitas pilot-pilot tempur IAF dan juga untuk mempelajari teknik tempur udara yang dilaksanakan oleh NATO,” kata Letkol A, Komandan Skadron ke-105 “Scorpion” yang mengoperasikan kawanan F-16C/D Barak.
Sejumlah latihan yang dilaksanakan antara lain pertempuran udara (dogfight), pertempuran darat ke udara, mengatasi serangan rudal darat ke udara, dan skenario-sekenario pertempuran lainnya.
Latihan dilaksanakan di area yang belum familiar bagi pilot-pilot IAF.
Diakui Letkol A, latihan ini sangat menguntungkan bagi IAF karena mendapatkan pengalaman baru melaksanakan latihan di tempat yang belum dikenali dan dilaksanakan dalam beragam platform serta aturan-aturan penerbangan yang berbeda dengan yang biasa dilaksanakan di Israel.
“Penerbangan-penerbangan yang kami lakukan mengikuti doktrin tempur NATO yang berbeda dengan yang kami punya. Hal ini menciptakan tantangan tersendiri bagi para pilot dan operator senjata di kokpit,” ujarnya.
Roni Sontani