AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Turki berupaya mempercepat program pengembangan jet tempur siluman dalam negeri, TF-X, setelah Ankara tidak lagi tergabung dalam Program F-35 yang dipimpin oleh Amerika Serikat.
Turki dienyahkan dari Program F-35 karena melakukan tindakan yang dilarang oleh Washington, yaitu membeli sistem pertahanan udara S-400 Triumf dari Rusia.
Turki telah menerima S-400 pada Juli 2019 dan setelah itu mendapatkan sanksi dari Amerika Serikat.
Pada Februari 2020, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, TF-X merupakan respons terbaik atas sanksi dari AS kepada Turki.
Di bulan itu juga Ankara mulai menyiapkan fasilitas-fasilitas pendukung untuk pembuatan TF-X yang dipimpin oleh Turkish Aviation and Space Industry (TUSAS).
TF-X merupakan pesawat tempur multi-peran generasi kelima yang akan menggantikan peran F-16 di Angkatan Udara Turki.
Pesawat yang ditenagai mesin ganda ini dijadwalkan dapat mengudara perdana pada 2023.
TF-X memiliki dimensi panjang 21 meter, rentang sayap 14 meter, dan tinggi 6 meter. Pesawat dirancang mampu terbang hingga kecepatan 1,8 Mach.
Roni Sontani
Mimpi Erdogan untuk mengembalikan kejayaan dari Ottoman, seperti sulit untuk keadaan sekarang, apa lagi politik Turki cendrung kekanan, dengan politik identitas. Negara maju seperti Israel, Jepang, Korea, karakteristik rakyat Turki tidak seperti negara negara ini, dipenuhi dengan semangat agama belaka, yang lebih kearah intoleran, yang mana sikap rasis tanpa mempunyai keunggulan teknologi hanya sebuah mimpi
👆👆👆
Ketika seseorang tidak punya pengetahuan tetapi berbicara panjang lebar
Roda berputar, kadang di bawah kadang di atas. Sekarang saatnya Turki bangkit kembali di atas puing puing Ottoman yg dihancurkan pd 3 Maret 1924. Tidak ada masalah dengan politik identitas Islam. Sistem politik ini menjamin keselamatan semua pihak bahkan non muslim. Ini terbukti berjalan 1400 tahun. Saat nya untuk bangkit kembali
Terlepas dari urusan politik apalah itu ottoman, politik kekanan, indentitas, nampaknya Turki punya kapasitas untuk pengembangan pespur Gen 5, betapa tidak, Amerika saja tidak langsung bisa memutus tali produksi komponen yang di buat Turki untuk proyek F-35. Belum lagi kemampuan membuat rudal sendiri yang sedianya untuk senjata F-35 Turki, kemampuan membuat drone Bayraktar yang sudah terbukti battle proven di perang Azerbeijan sampai menang…
Itu menunjukkan kapasitas Turki yang cukup memadai bagi pengembangan pespur Gen 5.