AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Latihan pertempuran gabungan (joint war exercises), sudah jamak dilaksanakan dengan mengerahkan seluruh kekuatan secara fisik ke dalam suatu area pertempuran yang melibatkan tiga matra militer. Latihan semacam ini membutuhkan biaya yang besar dan persiapan yang lama dari awal sampai pengakhiran latihan.
Berkembangnya teknologi telah mampu mempersingkat penyiapan seluruh kegiatan yang dilaksanakan. Latihan gabungan tetap bisa digelar, dipantau secara langsung, dan bahkan dievaluasi saat itu juga. Yaitu, dengan cara menggabungkan semua simulator latihan ke dalam suatu jaringan di mana semuanya dapat terlibat dalam suatu skenario besar latihan pertempuran gabungan.
Israel adalah negara yang sedang melakukan persiapan ini, yaitu dengan menyimulasikan seluruh kekuatan Angkatan Udara Israel (IAF) dengan cabang-cabang Angkatan Pertahanan Israel (IDF) lainnya dalam sebuah latihan pertempuran gabungan secara virtual. Latihan dilaksanakan terpusat dari masing-masing divisi kekuatan.
Kementerian Pertahanan Israel mengatakan, simulator pertempuran gabungan merupakan suatu terobosan yang signifikan dan sangat berguna untuk menghadapi perang masa mendatang. Pernyataan ini disampaikan oleh Letkol E, Kepala Divisi Simulator di Direktorat Materiil Israel.
“Ketika IAF dapat melaksanakan seluruh misi dengan kerja sama yang baik, mulai dari pengontrol lalu lintas udara, kru pesawat, operator komando dan kendali di darat, operator sistem pertahanan udara, semua akan sangat efektif,” ujarnya.
Ia menambahkan, semua divisi satuan tempur militer akan dilengkapi dengan simulator latihan tempur gabungan, termasuk simulator untuk para personel pasukan darat dalam menghadapi ancaman eksternal. Simulator-simulator ini sedang diintegrasikan koneksinya.
Israel kini sedang melengkapi divisi-divisi simulator pertempuran, baik untuk pesawat tempur, helikopter, maupun drone dan sistem pertahanan udara.
Ketika seluruhnya sudah siap, kata Mayor L yang mengepalai Departemen Simulator Senjata dan Drone, maka simulasi-simulasi pertempuran yang sangat berisiko bila dilakukan dengan persenjataan aslinya, dapat dilaksanakan secara berulang menggunakan simulator.
Satu yang khas, Israel selalu menambahkan sistem-sistem buatan dalam negeri ke dalam sistem persenjataan yang dibeli dari luar negeri. Salah satu contoh misalnya, pada pesawat C-130 “Karnaf” yang dibeli dari Amerika Serikat. Sistem pelatihan dirancang sendiri sesuai kebutuhan khusus IAF yang tidak dirancang oleh produsen dari luar negeri.
Diakui, Israel punya strategi-strategi khusus yang bersifat rahasia yang dikembangkan untuk mencapai ketangguhan angkatan udaranya.
Maka dari itu, simulator penerbangan Karnaf pun dibuat sendiri untuk menyimulasikan kebutuhan mengacu kepada misi-misi penerbangan spesifik IAF.
Pusat Pelatihan Misi IAF yang berlokasi di Hatzor Air Force Base kini akan bekerja semakin sibuk. Namun kesibukan itu mungkin tidak selalu tampak secara fisik di landasan riil, karena latihan bisa berpindah secara virtual ke dalam simulator.
Roni Sontani