AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Kabar akuisisi kapal perang jenis fregat kelas Iver Huitfeldt buatan Denmark oleh Indonesia untuk bisa menjadi kenyataan akan semakin dekat. Terbetik berita bahwa proses kontraktual yang melibatkan PT PAL di Surabaya sudah berlangsung.
Pihak OMT (Odense Maritime Technology, dulu bagian dari Odense Staalskibsvaert), Denmark, selaku pembuat fregat kelas Iver Huitfeldt menjanjikan alih teknologi atau ToT (transfer of technology) yang signifikan.
Diharapkan, ke depannya PT PAL akan mampu membangun sendiri kapal perang jenis fregat, atau yang dalam nomenklatur TNI AL disebut perusak kawal rudal (PKR).
Pengadaan kapal perang jenis fregat masuk dalam program untuk memenuhi kebutuhan pokok minimum atau MEF (minimum essential forces) TNI.
Pengadaan fregat kelas Iver Huitfeldt merupakan langkah lanjutan guna melengkapi kapal PKR kelas SIGMA (fregat SIGMA-10514) atau kelas Martadinata yang saat ini sudah dimiliki sebanyak dua unit, yaitu KRI RE Martadinata-331 dan KRI I Gusti Ngurah Rai-332.
Dalam program pemenuhan MEF, pengadaan kapal perang jenis fregat ditujukan untuk mengganti enam unit fregat kelas Ahmad Yani (eks kelas Van Speijk) yang sudah uzur. Fregat kelas Van Speijk ini dibuat tahun 1963 untuk AL Belanda sebelum dijual ke Indonesia pada tahun 1986.
Dari segi kapabilitas tempur dan bobotnya, Iver Huitfeldt jelas merupakan sebuah lompatan cukup besar bagi TNI AL. Baik kelas Ahmad Yani maupun kelas Martadinata, keduanya berada di kisaran bobot tempur 2.000-an ton, sementara Iver Huitfeldt “bermain” di bobot sekitar 6.000-an ton.
Persenjataan yang bisa diusung Iver Huitfeldt pun lebih banyak ketimbang kelas Ahmad Yani maupun kelas Martadinata.
Fregat kelas Iver Huitfeldt sendiri dibuat atas pesanan AL Denmark, yang mengoperasikan tiga unit kelas ini (Iver Huitfeldt, Peter Willemoes dan Niels Juel).
Dengan panjang 138,7 m dan lebar 19,8 m, sosok Iver Huitfeldt tergolong besar untuk jenis fregat. Meski demikian, kapal ini mampu melaju hingga kecepatan 30 knot. Daya jelajahnya pun jauh yaitu sekitar 17.000 km pada rentang kecepatan jelajah sekitar 18 knot.
Kelas Iver Huitfeldt berfungsi utama sebagai fregat anti-serangan udara kendati bisa pula melakoni pertempuran anti-kapal selam (memburu kapal selam) serta tentunya kemampuan bertempur dengan kapal perang permukaan.
Persenjataannya meliputi meliputi sepasang meriam Oto Melara kaliber 76 mm, kanon penangkis rudal jenis Millenium Gun kaliber 35 mm buatan Oerlikon, rudal anti-kapal Harpoon, torpedo anti-kapal selam MU-90 buatan Eurotorp, dan tentunya rudal pertahanan udara (hanud).
Untuk rudal hanud, Iver Huitfeldt bisa dipersenjatai rudal Standard SM-2-MR (RIM-66 Standard) atau RIM-162 Evolved Sea Sparrow Missile (ESSM), keduanya buatan Amerika.
Rudal Harpoon dan Torpedo MU-90 diluncurkan dari tabung peluncur di bagian atas. Sementara ESSM atau Standard diluncurkan dari 32 unit sel peluncur vertikal Mk.41 VLS (vertical launch system) yang “tertanam” di lambung kapal.
Berbobot tempur sekitar 6.600 ton, Iver Huitfeldt diklasifikasikan sebagai fregat kelas berat (heavy frigate). Klasifikasinya ada di atas kelas Martadinata yang bobot tempurnya sekitar 2.300 ton. Beberapa literatur bahkan memasukkan Iver Huitfeldt sebagai kapal fregat dengan kemampuan yang masuk kategori kapal perusak (destroyer) ringan.
Sensor-sensor yang jadi andalan Iver Huitfeldt antara lain radar deteksi jarak jauh SMART-L serta radar penjejak dan pemandu rudal APAR (active phased array radar), masing-masing berjangkauan 400 km dan 150 km.
Selain itu, kedua radar buatan Thales Nederland itu masih ditunjuang oleh radar surveillance jarak jauh SCANTER 6000 buatan Terma.
Sedikit catatan, radar tipe SCANTER bukan barang asing bagi TNI AL. Kapal-kapal perang jenis kapal cepat rudal KCR-60 buatan PT PAL juga dilengkapi SCANTER 4603 yang ukurannya lebih kecil.
Harus diakui, faktor harga adalah salah satu yang membuat Indonesia tertarik pada Iver Huitfeldt. Pihak OMT bisa menekan harga antara lain berkat desain lambung Iver Huitfeldt yang bersifat modular. Beberapa modul lambungnya sama dengan modul lambung kapal perang kelas Absalon yang juga buatan Denmark.
Sedikit catatan lain, kabarnya kontrak pengadaan Iver Huitfeldt mengambil pola yang mirip dengan kontrak pengadaan PKR SIGMA 10514, terutama di bagian persenjataan yaitu FFBNW (fitted for but not with).
Artinya, semua sistem baik hardware maupun software sudah dipersiapkan untuk senjata-senjata pilihan TNI AL, namun pengadaan senjatanya sendiri belum termasuk dalam kontrak pengadaan kapalnya.
Dengan kata lain, semua persenjataannya harus dibeli sendiri.
Antonius KK
Lompatan besar? Bukankah KRI Irian sudah kita operasikan puluhan tahun yang silam?
Betul KRI IRIAN pernah menjadi bagian dari armada tempur ARLI ( Nama TNI _AL saat itu ) tapi sudah purna tugas ( tanpa pengalaman tempur . Ada Perbedaan kelas yg sangat jauh Antara Ivert Class dengan KRI IRIAN baik dari bobot maupun Tongkrongan Senjata . Ivert Class berbobot 6000an Ton Sementara KRI IRIAN 13000an Ton , Ivert adalah kapal Kombatan Kelas Fregate sedangkan IRIAN Kapal penjelajah ( full Destroyer ) .Dari senjata KRI IRIAN jelas lebih sangar dengan total 24 Meriam ( 6 standart + 18 ukuran besar ) dibanding Ivert class yg hanya memasang 2 Canon ukuran standart . Jumlah awakpun IRIAN Class jauh lebih banyak ( 1.100an ) di banding ivert class yg sekitar 160an orang .
Kalau di kontraknya gak dicantumkan mengenai persenjataannya, biasanya persenjataannya di kurangi.
Itu dia ujung ujung kapal perang besar persenjataanya di korting para broker calo alutsista .
Ada 2 Kemungkinan yg bisa terjadi dengan tidak disertakan’ kontrak senjata pada Ivert Class TNI_AL…
1. Pihak TNI _AL berencana Memasang Persenjataan sesuai kebutuhan TNI_AL ., Dimana TNI_AL bisa memilih beragam senjata’a Sendiri dan menginstalnya di Fregate terberat dan tercanggih di Korp AL Indonesia .
2. Karena Anggaran yg terbatas TNI_AL ahirnya memilih Contrak kosongan pada Fregate Ivert pesanan , Sementara Senjata akan di instal secara bertahap sesuai ketersefiasn anggaran . Sebagaiman Sistem penginstalan senjata di PKR Kelas
MARTADINATA yang dipasang belakangan ( infonya PKR kelas MARTADINATA sampai kini belum terpasang Rudal Hanud VLS MICA & Rudal anti Kapal C-802 ) baru terpasang Canon Otto Melara Rapid Gunns . NB : Yg tahu kebenarannya silakan berbagi info 🙏
FYI, KRI REM & GNR sudah full armament bbrp tahun lalu, silahkan cari2 beritanya sendiri. dan mereka tidak menggunakan C802 tapi Exocet MM40 BLock III sesuai dg spesifikasi.
Yang jelas belum ada kepastian beli atau tidaknya..
Jalesveva Jayamahe… Bravo Indonesia Navy.
Akhirnya kapal perang besar ini paling tetap hanya bersenjatakan meriam 76 mm dan Oerlikon Gun 35 mm, atau paling Excocet beberapa butir, ini bakal diketawain sama musuh2 potensial kita, berharap ciws nya Goalkeeper dan full armory rudalnya, apa boleh buat kita hobynya paket sederhana dan murah lagian kecil kemungkinan boleh beli rudal2 Amerika, hampir ndak ada ceritanya kecuali utk pespur yg kita beli dari US
Hehe rudal SM-2, ESSM, Tomahawk,
dan Harpoon bakal diijinkan USA gak tuh buat kapal ini??
Yang jelas belum ada kepastian beli atau tidaknya
Wkwkwkw dengan dalil rahasia militer pasti…padahal mah apaan..gak berharap banyak sih..berkaca saja dari PKR Sigma hehe
Masih 5 tahun bung. Kapal tersebut sesungguhnya kita perlukn dalam setahun-dua tahun.
Fregat harus punya 15 unit, Mine Warfare Fleet harus punya 25 unit, destroyer harus punya 10 unit. gak perlu kapal induk, itu aja. inshallah menjanjikan buat keamanan laut selama 10 tahun mendatang.. gak uaah beli korvet udah banyak.. jika itu udah kebeli baru tank banyakin, jet tempur atau helikopter nanti saja
FF-BNW = Kosongam
FFBNW itu fitted for but not with,artinya instrument nya diganti ,bukan kosong
wkwkwk….FFBNW kok ganti instrumen cak?
FFNBW berarti sudah dipersiapkan:
1. Tempat
2. System
3. Kelistrikan
4. Kompatibilitas
yang nantinya bisa dipasangkan dengan jenis-jenis senjata tertentu, tapi tidak disertakan dalam kontrak. jadi senjatanya sudah disiapkan tempatnya, tapi harus beli/install sendiri setelah kontrak pengadaan Hull selesai dibangun.
Berharap Iver berlayar dengan persenjataan canggih, VLS terisi semua, system combat system terpasang semua agar negara tetangga tahu bahwa sekarang jika RI membeli alutsista sudah full amunisi.
Percuma saja beli kapal berbobot lebih dari 6.000 Ton yang dibawa hanya rapid guns, atau 2 – 3 tahun kemudian hanya diisi C 802 itupun untuk melawan Tiongkok nantinya.
Percuma saja beli fregat kelas berat Iver Huitfeldt kalau persenjataan dan peralatannya minim. Bodi bongsor saja tidak akan berguna dalam pertempuran, malah menjadi sasaran empuk rudal lawan….
harus sama sama kuat broo…baik pesawat tempurnya maupun armada lautnya harus saling mendukung