AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Amerika Serikat (AS) sebelum ini kerap berpandangan bahwa manuver-manuver ekstrem yang dipertunjukkan oleh Su-27 seperti Pugachev’s Cobra atau Kvochur’s Bell sebagai manuver yang tidak ada gunanya dalam pertempuran.
Sementara Rusia mengatakan bila hal itu tetap ada gunanya. Misalnya manuver Pugachev’s Cobra yang terkenal itu, memungkinkan Su-27 yang dikejar dapat mengelabui musuh. Yang tadinya dikejar musuh bisa berbalik berada di belakang musuh.
Sementara Kvochur’s Bell, manuver ini dapat digunakan oleh pilot Su-27 untuk menipu radar musuh dan mengarahkan rudal udara ke udara. Manuver ini dapat dengan seketika mengurangi kecepatan pesawat sebelum melakukan serangan terhadap sasaran darat.
Seperti Airspace Review pelajari dari tulisan di laman Sputnik, manuver-manuver ekstrem yang ditunjukkan pilot pada dasarnya bukanlah sekadar untuk show-off. Tetapi merupakan suatu teknik yang dipelajari dalam melaksanakan pertempuran jarak dekat (dogfight).
Lebih dari itu disebutkan, hanya pilot-pilot terbaik lah yang dapat melakukan manuver ini. Poin lainnya, tidak semua pesawat dirancang mampu melakukan manuver ekstrem.
Pakem ini mungkin saja tidak dianut oleh Amerika Serikat. Oleh karenanya, pesawat-pesawat tempur Paman Sam pun jarang mempertunjukkan manuver-manuver ekstrem seperti pesawat tiba-tiba diam di udara, melayang-layang, berputar, jungkir balik dalam radius kecil, atau melakukan ‘patukan ular kobra’ di udara.
AS lebih suka mempertunjukkan manuver-manuver kecepatan tinggi di mana pesawat meliuk-liuk dan berputar dalam radius yang besar. Gerakan tersebut dibarengi dengan gemuruh mesin jet yang memekakkan telinga dan membuat jantung berdebar.
Akan tetapi, mungkin saja ke depan pakem ini akan sedikit berubah. Kalau kita lihat, dalam beberapa kesempatan F-35 pun mulai menunjukkan manuver-manuver ekstrem dalam gerakan lambat.
Bagaimana pun, di balik keindahan suatu pesawat bisa melakukan manuver ektrem di udara dan mempertunjukkannya di suatu pameran kedirgantaraan, paling tidak menunjukkan tiga hal sebagai berikut.
Pertama, menunjukkan penguasaan yang tinggi dari sisi ilmu aerodinamika.
Kedua, menunjukkan penguasaan yang tinggi dalam hal desain dan perancangan struktur, sistem kendali, maupun teknologi yang berkaitan dengan mesin pesawat dan thrust vectoring.
Ketiga, menunjukkan kepiawaian, ilmu yang tinggi, serta penguasaan praktik penerbangan yang mahir dari pilot yang menerbangkan pesawat tersebut.
Melakukan manuver ekstrem memang berisiko tinggi. Kalau salah, bukannya pertunjukan indah yang didapat. Akan tetapi, pilot pun dapat membahayakan dirinya sendiri. Apalagi manuver-manuver ekstrem dekat kaitannya dengan kemungkinan terperangkap stall atau spin selain tarikan grvitasi tinggi yang harus dialami penerbang.
Anatoly Kvochur, penerbang yang menciptakan manuver Kvochur’s Bell mengatakan, dalam manuver-manuver ekstrem pilot menerima tarikan gravitasi yang besar hingga 9G.
Berkaitan dengan konteks bahasan ini, Angkatan Udara Amerika Serikat (USAF) belum lama ini merilis video yang diunggah ke laman YouTube. Di sana diperlihatkan manvuer ekstrem F-22 Raptor yang dapat dikatakan luar biasa.
F-22 tersebut diterbangkan oleh Mayor Joshua ‘Cabo’ Gunderson, Komandan Tim Demonstrasi F-22 di Joint Base Langley-Eustis, Hampton, Virginia.
Dengan F-22, “Cabo” mampu mempertunjukkan manuver “Cobra” dan juga “J-Turn”. Luar biasa. Bila Anda penasaran, bisa mencari dan melihat videonya di kanal YouTube.
Jadi kesimpulannya, sekarang F-22 pun sudah mampu melakukan manuver-manuver ekstrem yang selama ini hanya dipertunjukkan oleh Su-27, Su-30, Su-35, mapun Su-57.
Maka bersiaplah kita menikmati suguhan baru dari F-22 Raptor dan mudah-mudahan bisa melihatnya langsung ya…
Roni Sontani