AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Di hari jadinya yang ke-74 pada 9 April 2020 ini, TNI AU masih memiliki pekerjaan rumah yang masih banyak, terutama mendapatkan alutsista (alat utama sistem persenjataan) baru untuk menggantikan armada yang mulai uzur.
Salah satu yang begitu dinantikan dan diperbincangkan publik di Tanah Air adalah jet tempur pengganti F-5E/F Tiger II buatan Northrop yang tak kunjung terealisasi.
Ada juga pengadaan pesawat baru dalam rensta (rencana strategis) TNI AU MEF IV (Minimum Essential Forces ke-4) tahun 2020-2024.
Pertama adalah mencari pengganti pesawat intai maritim Boeing B737-2X9 Surveiller yang hampir memasuki usia empat dasawarsa.
Selanjutnya pengadaan tanker udara baru serbaguna bermesin jet untuk menambah kekuatan armada tanker C-130B Hercules yang tinggal satu unit. Seperti kita ketahui, satu unit tanker C-130B lainnya mengalami musibah jatuh di Medan, Sumatera Utara pada 30 Juni 2015.
Pengadaan alutsista strategis lainnya adalah pesawat peringatan dan kontrol udara atau populer disebut AEW&C (Airborne Early Warning & Control System) yang pertama untuk TNI AU bila terwujud.
Nah, berbicara mengenai pesawat AEW&C ini, TNI AU sendiri telah mengevaluasi tiga pesawat. Mereka adalah Boeing 737 AEW&C (E-7A Wedgetail), Airbus C-295 AEW&C, dan terakhir Saab 2000 Erieye.
Pilihan atas ketiga pabrikan besar dunia ini disampaikan langsung oleh KSAU Marsekal TNI Yuyu Sutisna kepada wartawan di Ruang VIP Lanud Adisutjipto, Yogyakarta pada 19 Maret 2019 silam.
Pesawat AEW&C digunakan untuk mendeteksi keberadaan dan pergerakan pesawat, kapal, dan kendaraan lawan dalam jarak jauh.
Kemudian melakukan komando dan kontrol ruang pertempuran dalam operasi udara dengan mengarahkan pesawat tempur ke sasaran yang telah dikunci.
Dari ketiga pesawat tersebut, Boeing E-7A adalah yang terbesar dan bermesin jet. Pesawat dibekali radar Northrop Grumman MESA (multirole electronic scanned array) yang dipasang di punggung belakang pesawat.
Radar ini mampu melakukan pencarian udara dan laut secara simultan, kontrol tempur dan pencarian area dengan jangkauan maksimum lebih dari 600 km (look-up mode).
Saat beroperasi dalam mode look-down terhadap target jet tempur lawan, jarak maksimumnya lebih dari 370 km.
Ketika digunakan melawan target maritim, jarak maksimumnya lebih dari 240 km untuk target ukuran sebesar kapal fregat.
Hebatnya radar MESA ini mampu secara simultan melacak 180 target bersamaan dan melakukan 24 intersepsi sekaligus.
Pesawat E-7A sendiri terbilang laku, saat ini telah opernasional oleh AU Australia, AU Turki, AU Korea Selatan dan AU Inggris. E-7A juga telah diminati oleh AU Italia, Uni Emirat Arab dan Qatar.
Pesawat peringatan dini kedua adalah C-295 AEW&C garapan Airbus Defense and Space.
Pesawat dibekali kubah radar putar 360 derajat di punggungnya dengan mengusung radar AESA (active electronically scanned array) EL/W-2090 buatan IAI, Israel.
Saat ini C-295 AEW&C sendiri masih gencar ditawarkan oleh Airbus Defence and Space, namun belum mendapatkan pelanggan.
Selanjutnya pesawat ketiga buatan Saab Defense Systems dari Swedia di mana pihak Saab memberi kemudahan pelanggan untuk memilih platform pesawatnya sendiri.
Seperti AU Brazil yang menyandingkan Erieye dengan pesawat jet Embraer R-99 (E-145). Juga tersedia berbasis jet Bombardier Global 6000 yang dikenal sebagai Globaleye.
Saab sendiri lebih menawarkan paket Erieye dengan pesawat bermesin turboprop Saab 340 atau Saab 2000 yang lebih besar buatannya.
Radar Erieye menyediakan cakupan 300 derajat dan memiliki jangkauan instrumental 450 km dan jangkauan deteksi 350 km dalam lingkungan peperangan elektronik yang padat.
Saat ini sistem Erieye telah digunakan oleh AU Swedia, AU Brazil, AU Yunani, AU Meksiko, AU Pakistan, AU Arab Saudi, AU Uni Emirat Arab, dan AU Thailand.
Lalu pesawat AEW&C mana yang akan menjadi pilihan TNI AU? Tentunya sudah ada pertimbangan strategis, baik dari kemampuan maupun anggaran yang tersedia.
Mari kita nantikan bersama, apapun pilihannya tentunya pesawat AEW&C ini akan menjadi daya gentar baru TNI AU di kawasan.
Rangga Baswara Sawiyya
editor: ron
Catatan dari meja redaksi: Kami tidak bekerja sama dengan akun YuoTube mana pun yang sering menggunakan konten-konten Airspace Review untuk dijadikan bahan narasi YouTube dan mendapatkan hasil yang banyak dari kegiatan tersebut. Kami punya akun YouTube sendiri: Airspace Review. Terima kasih.
Erieye dipasang di cn 235..
Bener om, beli radarnya aja…
Pesawat bikin sendiri
Saab yang gencar menawarkan produknya kenapa tidak terlalu laku? Apa karena belum teruji dlm perang sesungguhnya? Padahal spek bagus (katanya).
Justru pesawat CAEW lansiran swedia, populasinya terbesar diantara manufaktur diluar-amrik
Saab lebih menenangkan dan realistis
@admin
Bukannya itali dan UAE sudah punya pilihannya sendiri ya…..G-550 CAEW dan Globaleye+erieye
Kita butuh pesawat bomber