AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Pesawat serang mesin ganda warisan Uni Soviet rancangan Biro Desain Sukhoi era 1970-an, Su-25 Grach (NATO: Frogfoot) hingga saat ini masih digunakan Angkatan Kedirgantaraan Rusia (VKS) termasuk varian hasil modernisasi Su-25SM3.
Kode “M” dalam literatur militer Rusia menunjukkan modernisasi yang telah dijalani, sehingga M3 bermakna pesawat telah menjalani proses peningkatan kemampuan (upgrade) tahap ketiga.
Sebanyak 25 unit Su-25SM3 tercatat telah diterima VKS pada 2019. Untuk membedakan varian SM3 dengan varian sebelumnya, salah satunya terlihat dari penggunaan modul elektro-optik SOLT-25 di bagian hidung pesawat.
Perangkat ini memungkinkan dilakukannya penjejakan target menggunakan laser range finder dan target designator, thermal imager, tv channel, dan kemampuan menjejak target-target bergerak dalam segala kondisi cuaca hingga jarak 8 km. Tidak hanya itu, target pun bisa di-zoom hingga pembesaran 16 kali.
Fitur lainnya, Su-25SM3 sudah dilengkapi perangkat perlindungan diri Vitebsk-25 EW system yang mengintegrasikan satu set Zakhvat, yaitu sensor ultraviolet peringatan dini serangan rudal baik dari depan maupun belakang.
Pesawat juga dilengkapi dengan dua chaff dispensers UV-26M 50 mm, sepasang radar jamming pod L-370-3S di sayap, sistem navigasi dan targeting PnNK-25SM01 Bars, sistem komunikasi KSS-25 dengan antena Banker-8-TM-1.
Sebagai jet serang hasil modernisasi, Su-25SM3 membutuhkan latihan penerbangan taktis sekaligus pengujian serangan terhadap target-target sasaran.
Hal ini pula yang dilakukan oleh Skadron Serang Su-25SM3 Distrik Militer Selatan di Kuban, Krasnodar.
Armada Si Kaki Katak melaksanakan serangan-serangan menggunakan rudal berpemandu pada siang dan malam hari.
Selama pelaksanaan misi latihan taktis, para pilot dilatih melakukan serangan ‘senyap’ terhadap sasaran berupa pusat-pusat pertahanan udara musuh tiruan yang berada di lingkungan hutan. Mereka harus mengatur taktik untuk bisa melakukan serangan dadakan.
Caranya, pesawat terbang rendah mendekati target untuk menghindari deteksi radar dan melakukan manuver menghindari serangan rudal antipesawat.
Dalam melaksanakan serangan terhadap sasaran, pilot harus bisa memaksimalkan persenjataan yang dibawa disesuaikan dengan jenis target, termasuk menembakkan rudal-rudal pada sasaran yang ditempatkan di garis pandang dan koordinat tertentu.
Menurut kementerian Pertahanan Rusia (2/4), sebanyak 12 Su-25SM3 dikerahkan dalam latihan pengujian pada musim dingin ini.
Bicara soal nama, kaki katak sebenarnya mengacu pada julukan NATO, Frogfoot. Sementara nama asli pesawat ini adalah Grach atau burung gagak (Rook).
Di Suriah, pada 3 Februari 2018, si burung gagak pernah menemui hari naasnya. Varian terdahulu Su-25SM nomor seri RF-96486 “Blue 06” tertembak jatuh rudal MANPADS kelompok pemberontak. Pilot berhasil keluar dari pesawat namun saat mendarat mendapat kepungan dari kelompok bersenjata itu.
Beberapa hari kemudian, Rusia melancarkan serangan balasan dari udara menggunakan rudal-rudal presisi terhadap perkubuan kelompok pemberontak dan berhasil menewaskan 30 orang dari mereka untuk ‘membayar’ satu satu jiwa pilot Rusia.
Roni Sontani