AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Angkatan Udara Australia (RAAF) dan industri pertahanan merayakan satu dekade pengoperasian jet tempur F/A-18F Super Hornet.
RAAF menerima armada Super Hornet pertama dari Boeing di pabrik St Louis, Missouri pada 21 Juli 2009. Setelah itu pesawat digunakan untuk latihan para pilot RAAF di Amerika Serikat.
Lima pesawat pertama F/A-18F diterima Australia di RAAF Base Amberley, Queensland pada 26 Maret 2010. Tanggal ini pula yang dijadikan momen berdinasnya Super Hornet di RAAF.
Setelah itu datang lagi enam pesawat pada 7 Juli 2010 dan empat pesawat pada Desember 2010.
Di bulan yang sama, Desember 2010, skadron pertama F/A-18F RAAF diresmikan, yaitu No.1 Squadron (1SQN) di RAAF Base Amberly.
Total RAAF saat ini mengoperasikan 24 F/A-18F Super Hornet sebagai jet perantara sebelum F-35A Lightning II beroperasi penuh. Kementererian Pertahanan Australia memesan 72 F-35A untuk RAAF.
Sementara untuk kiprah Super Hornet di RAAF, pesawat ini telah diikutsertakan dalam berbagai latihan tempur udara termasuk operasi di medan prang.
Tahun 2014, RAAF mengirim enam F/A-18F dari 1SQN untuk tergabung dalam Operation Okra di Timur Tengah.
F/A-18F Super Hornet RAAF dapat melaksanakan peran pencegatan udara, tempur udara, dukungan udara dekat, dan lainnya.
Bersamaan denga pembelian F/A-18F, Australia juga memesan 12 EA-18G Growler. Sebanyak 11 pesawat ini telah diterima RAAF sejak 29 Juli 2015. Satu pesawat mengalami kebakaran mesin, sehingga kini tersisa 11 pesawat.
EA-18G ditempatkan di No. 6 Squadron (6SQN) RAAF Base Amberly.
Pesawat dengan kemampuan serang elektronika ini dapat melakukan operasi dukungan terhadap kekuatan udara, darat, dan lautan.
Uniknya, EA-18G RAAF dilengkapi dengan pod AN/ASQ-228 ATFLIR sehingga dapat dilengkapi rudal AIM-9X untuk pertempuran udara ke udara jarak dekat.
Roni Sontani