AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal) siap menyongsong pemberlakuan peta laut masa depan S-100 dengan konsep Dual-Fuel. Yaitu, penggunaan Electronic Navigational Chart (ENC) S-57 dengan S-101 secara bersamaan dalam Electronic Chart Display and Information System (ECDIS) S-100 selama masa transisi.
Peta Laut S-100 merupakan pengembangan dari peta laut untuk mengadapi tantangan industri 4.0, kecerdasan buatan, Geo-Bigdata, Cyber-security, dan Autonomous Ship.
Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan kebutuhan dunia maritim, dalam hal ini International Maritime Organization (IMO) dan dunia geospasial, telah melahirkan sebuah standar data hidrografi masa depan.
Hal tersebut disampaikan Kepala Pushidrosal (Kapushidrosal) Laksamana Muda TNI Dr. Ir. Harjo Susmoro, S.Sos., S.H., M.H. di Mako Pushidrosal, Jakarta, Kamis (12/3).
“S-100 adalah standardisasi baru model data hidrografi yang universal serta struktur kerangka geospasial yang sangat luas, tidak spesifik untuk ECDIS atau navigasi saja,” ujarnya seperti Airspace Review kutip dari rilis Pushidrosal.
Ditambahkan, peta laut masa depan S-100 dapat mengakomodasi dan melayani berbagai macam jenis data, produk, dan kepentingan. Seperti mendukung data untuk pusat-pusat informasi, portal kemaritiman, sistem berbasis web, dan sebagainya.
“Peta Laut S-100 yang akan diberlakukan tahun 2024 merupakan tantangan bagi setiap Lembaga Hidrografi di seluruh dunia. Namun demikian, dibutuhkan masa transisi penggunaannya,” tambah Kapushidrosal.
Dijelaskan, dalam rangka menyongsong pemberlakuan Peta Laut S-100 ini, Pushidrosal telah mengirimkan wakilnya yaitu Kasubdis Peta Khusus Letkol Laut (KH) Moh. Qisthi Amarona, S.T., M.Tr. (Hanla) untuk mengikuti seminar International Hydrographic Organization (IHO) S-100 Working Group di Taunton, Inggris pada 3-6 Maret 2020 lalu.
S-100 Working Group dihadiri delegasi dari berbagai negara seperti Belanda, Cile, Denmark, Finlandia, Jerman, Indonesia, Italia, Jepang, Kanada, Korea Selatan, Norwegia, Portugal, Romania, Swedia, Inggris dan Amerika Serikat.
Mereka yang hadir berasal dari berbagai stakeholder seperti IHO, Lembaga Hidrografi, pengguna ENC, dan fabrikan ECDIS.
Dalam Pertemuan tersebut, wakil Pushidrosal yang merupakan delegasi Indonesia menyampaikan makalah tentang rencana konversi dan migrasi berjudul Mallaca and Singapore Straits Electronic Navigational Charts (MSS-ENC)” menuju implementasi S-100.
Seperti diketahui, Selat Malaka dan Selat Singapura merupakan salah satu jalur pelayaran terpadat di dunia. Sehingga Indonesia yang saat ini menjadi sebagai Koordinator MSS-ENC mewakili Malaysia, Singapura dan Jepang, perlu menyiapkan rencana penerapan standar S-100 dengan konsep “Dual-fuel” tersebut.
Kepala Dinas Pemetaan Pushidrosal Kolonel Laut (P) Oke Dwiyana Pribadi, M.M. menambahkan, pertemuan S-100 Working Group merupakan kegiatan teknis yang paling penting di IHO karena berdampak strategis dan akan menentukan masa depan peta elektronik sebagai basis navigasi sesuai mandat IMO tentang e-navigation.
“Peta Laut S-100 dapat menjadi solusi teknis dan standar data kemaritiman di Indonesia,” ujarnya.
Roni Sontani