AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Kelompok gerilyawan yang tak diketahui organisasinya, meluncurkan serangan udara menggunakan drone ke Pangkalan Udara Hmeimim pada 19 Januari 2020. Tempat tersebut adalah pangkalan militer yang digunakan Rusia di Suriah.
Sistem pertahanan udara Rusia berhasil menggagalkan upaya serangan ini. Instalasi militer tidak mengalami kerusakan seperti disebutkan dalam siaran Kementerian Pertahanan Rusia yang dikutip Sputniknews.
Serangan itu dilakukan menggunakan tiga unit drone berukuran kecil yang tak disebutkan jenisnya. Drone meluncur malam hari dari arah Timur Laut menuju Pangkalan Hmeimim yang berada di provinsi Latakia tersebut.
Serangan menggunakan drone mini ini bukan yang pertama kali. Tahun 2019 sistem artileri pertahanan udara (arhanud) Rusia di Hmeimim berhasil merontokkan 53 drone yang menggotong bom berukuran mini.
Serangan-serangan menggunakan drone mini yang banyak dipasaran atau bisa dirakit sendiri memberikan keutungan bagi penggunanya. Selain berbiaya murah tapi sangat efektif sekalipun daya rusaknya kecil.
Namun bila serangan berhasil menyasar jet tempur yang diparkir di landasan atau depot tempat penyimpanan bahan bakar, efek kerugian yang ditimbulkannya akan luar biasa.
Rusia memang memiliki sistem arhanud ringan yang andal semacam Pansir S1 yang dibekali persenjatan kanon 30 mm dan rudal jarak pendek antipesawat 9M335.
Namun demikian, sangatlah sayang atau terbilang pemborosan bila digunakan untuk menjatuhkan drone-drone ringan berketinggian rendah.
Ancaman drone dari teroris dapat terus meningkat baik di Suriah maupun di negara-negara lainnya. Karena, teknologi drone berkembang pesat dan menyebar ke seluruh dunia.
Untuk mengantisipasi hal tersebut Pemerintah Rusia memberikan perhatian khusus dalam pengembangan senjata antidrone dan peningkatan metode untuk mendeteksi dan menghancurkannya.
Industri persenjataan Rusia bergerak cepat untuk menanggapi kebutuhan ini. Salah satunya mengembangkan senjata ringan perorangan.
Alat ini digunakan untuk menjatuhkan drone ringan pengintai yang mencoba menerobos wilayah atau instalasi penting/terlarang seperti reaktor nuklir, pangkalan militer, istana negara, tempat penyimpanan BBM dan lain-lain.
Berikut ulasan ringkas mengenai senjata perorangan yang kini ditawarkan produsen pertahanan Rusia baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun ekspor.
Garpun-2M

Pertama adalah senjata portable antidrone bernama Garpun-2M yang dibuat oleh perusahaan New Technologies Telecommunications (NTT). Senjata ini telah ditinjau langsung oleh Presiden Vladimir Putin pada Desember 2019 silam.
Cara pengoperasian Garpun-2M cukup mudah. Prajurit hanya mengarahkan antena/senjata pada sebuah drone dan menekan picu. Gelombang elektromagnetik Garpun-2M akan menghilangkan saluran komunikasi dan navigasi drone, sehingga drone akan kehilangan kendali dan jatuh.
Rentang operasional Garpun-2M mencapai 500 meter. Beroperasi dalam delapan band frekuensi 5150-5350 MHz. Daya penuh pada Garpun-2M dapat digunakan selama 60 menit tanpa henti. Kapasitas daya yang dikonsumsi tidak melebihi 220 W.
Pishchal-PRO

Kedua senjata antidrone perorangan portable bernama Pishchal-PRO yang dibuat oleh perusahaan Avtomatika Concern. Penampilan belakang Pishchal bak senjata konvensional namun bagian depan bak dibungkus kerucut piramit.
Tak perlu ada pelatihan khusus bagi operator untuk menggunkan senjata berbobot 3,5 kg ini. Jarak jangkau Pishchal-PRO mencapai 2.000 m yang bisa digunakan di kondisi temperatur -20 hingga 40 derajat celcius.
REX-1

Yang ketiga adalah REX-1 yang dirancang oleh ZALA AERO. Senjata dengan tampilan futuristik ini memiliki berat 4,2 kg dan dapat beroperasi selama tiga jam pebuh.
Dalam penggunaannya, sekali opertor REX-1 menekan tombol dijamin drone yang ‘ditembaknya’ akan terputus saluran komunikasi dan navigasinya. Sehingga operator akan kehilangan dronenya.
REX-1 memiliki jammer untuk mengacaukan GPS navigasi satelit, GLONASS, BeiDou dan Gaileo dalam radius 5.000 m. Perangkat ini dapat memblokir sinyal GSM, 3G dan LTE pada jarak 1.000 m dan men-jam berbagai frekuensi.
Stupor

Senjata antidrone keempat adalah Stupor buatan New Communication Technologies (NTC). Drone ini sebelum diproduksi massal telah dicoba langsung di palagan Suriah pada 2017.
Selain telah resmi digunakan Militer, Stupor juga digunakan oleh Kementerian Dalam Negeri Rusia yang digunakan menangkal drone liar selama penyelenggaraan Piala Dunia FIFA 2018 di Moskow.
Sebagai penyedia dayanya, Stupor dibekali baterai yang bisa digunakan selama empat jam dalam kondisi temperatur -23 hingga 30 derajat Celcius. Untuk pengisian daya ulang dibutuhkan waktu sekitar dua jam.
Stupor memiliki dimensi panjang 1,16 m dan bobot 5,5 kg. Jangkauan operasinya mencapai 2.000 m. Dibutuhkan waktu antara 20-40 detik untuk menjatuhkan drone yang disasarnya.
Rangga Baswara Sawiyya
editor: ron raider