AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Membuka tahun 2020, Angkatan Bersenjata (AB) Turki akan segera menerima drone MALE (medium-altitude long-endurance) terbaru Aksungur (Gyrfalcon) buatan Turkish Aerspace Industries (TAI). Hal ini disampaikan CEO TAI Temel Kotil kepada Anadolu Agency pada 30 Desember 2019 lalu.
Drone Aksungur dikembangkan TAI berdasarkan teknologi yang digunakan pada drone Anka (Phoenix). Yang membedakan keduanya adalah, Aksungur menggunakan dua mesin menghadap ke depan sedangkan Anka bermesin tunggal model pusher.
Mesin turbo diesel PD170 untuk Aksungur dibuat oleh perusahaan lokal Tusas Engine Industries (TEI). Sebelum digunakan pada Aksungur, mesin berdaya 170 hp ini telah diujicobakan pada Anka Tipe S.
Dibandingkan drone Anka, muatan bawaan Aksungur jauh meningkat dari 200 kg menjadi 750 kg.
Dengan muatan hanya perangkat elektro-optik saja, durasi terbang Aksungur mencapai 40 jam. Sedangkan bila bermuatan penuh termasuk sensor, radar, sonobuoy, dan persenjataan hingga 750 kg durasinya hanya 12 jam saja.
Jangkauan terbang Aksungur sejauh 9.500 km. Kecepatan jelajahnya di kisaran 250 km jam dengan ketinggian terbang maksimum 12.000 m.
Untuk dimensinya, Aksungur memiliki panjan badan 12 m, rentang sayap 24 m, dan tinggi 3 m. Bobot maksimum tinggal landasnya (MTOW) mencapai 3.300 kg.
Aksungur dirancang sebagai wahana misi intelijen, pengawasan & pengintaian (ISR), misi patroli maritim, serta sebagai drone serang darat.
Varian bersenjata Aksungur memiliki tiga cantelan senjata di setiap bawah sayapnya. Kombinasi persenjataan berpemandu yang dapat diangkut adalah TEBER-81/82, LUMTAS, MAM-L/C, CIRIT, dan HGK-3 serta KGK.
Aksungur mulai menjalani penerbangan perdana pada 20 Maret 2019. Sebanyak dua purwarupa terbang dibuat oleh TAI.
Sementara penampilan pertama Aksungur di hadapan publik dilaksanakan saat pameran pertahanan internasional IDEF pada Mei 2019 di Istanbul, Turki.
Menariknya, dalam pengembangan Aksungur ini TAI melibatkan Indonesia. Dalam hal ini Pusat Teknologi Aerodinamika, Aerolastika dan Aeroakustika (BBTA3) PUSPITEK dipercaya untuk melaksanakan uji terowongan angin model Aksungur pada 2018 silam.
Rangga Baswara Sawiyya
editor: ron raider