AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Sistem Misi (mission system) pada Pesawat Terbang Tanpa Awak (PTTA) MALE memungkinkan wahana udara ini dapat dikendalikan secara otomatis maupun manual. Sistem ini merupakan sebuah sistem kendali dan manajemen misi dari suatu operasi pesawat tanpa awak.
Sesuai dengan kebutuhan operasinya, Sistem Misi PTTA MALE mampu mengakomodir misi-misi yang akan dilaksanakan oleh Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) ini.
Untuk diperhatikan, istilah PTTA atau PUNA merupakan dua sebutan berbeda namun sesungguhnya memiliki arti yang sama. Di beberapa instansi di Indonesia, ada yang menyebut PTTA dan ada yang menyebut PUNA. Artinya sama saja, yaitu pesawat tanpa awak atau unmanned aerial vehicle (UAV) atau kini lebih populer lagi di dunia dengan sebutan yang paling umum, yaitu drone.
Misi-misi yang dapat dijalankan oleh PTTA MALE yang kini telah resmi mendapat nama “Elang Hitam” ini antara lain adalah misi pengawasan (surveillance), pengintaian (reconnaissance), dan pertempuran (combat) jika dibutuhkan.
Mission System dikendalikan oleh pilot dan operator muatan misi (mission payload operator) yang ada di Ground Control Station (GCS) melalui komunikasi jaringan data (data link) baik secara Line-of-Sight (LOS) maupun Beyond Line-of-Sight (BLOS/SatCom).
Dari keterangan yang ditampilkan oleh Kementerian Pertahanan dan PT LEN, PTTA MALE memiliki beberapa fitur antara lain adalah: Auto/Manual Piloting, Waypoint Following, Auto Take-Off and Landing System, Intelligence Surveillance and Reconnaissance System, Upgradeable to Weaponry System (Combat Mission), LOS Data Link (up to 200 km), serta BLOS Data Link (SatCom).
Peluncuran (Roll-Out) Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) MALE dilaksanakan di PT Dirgantara Indonesia (PTDI) Bandung, Jawa Barat pada Senin, 30 Desember 2019.
Proyek PUNA/PTTA MALE merupakan program bersama yang dilaksanakan oleh Kementerian Pertahanan Republik Indonesia, TNI Angkatan Udara, BPPT, LAPAN, PT Dirgantara Indonesia, PT LEN, dan Institut Teknologi Bandung (ITB).
Roni Sontani