AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Setelah tertunda cukup lama, pesawat jet latih lanjut (AJT) buatan pabrik pesawat Iran Aircraft Manufacturing Industrial Company (HESA) akhirnya berhasil mengudara perdana pada 17 Oktober 2019.
Semula AJT dijuluki Kowsar (Thunderbolt), nama yang serupa dengan jet tempur multiperan juga buatan HESA. Namun untuk menghindari kerancuan, akhirnya AJT mendapatkan nama baru sebagai Yasin.
Dilansir dari situs Iran Press, pada hari yang sama purwarupa Yasin selanjutnya diluncurkan bertempat di Pangkalan Udara Nojeh (Nozheh) yang berada di Provinsi Hamedan, Iran Barat.
Acara seremoni dihadiri langsung oleh Menteri Pertahanan Iran Brigjen Amir Hatimi, Komandan Angkatan Udara Iran Brigjen Aziz Nasirzadeh, dan Wakil Presiden untuk Iptek Sorena Sattari.
Menengok penampilan desainnya, Yasin sangat menyerupai jet latih Tzu Chung buatan AIDC (Aerospace Industrial Development Corporation) dari Taiwan.
Yasin berdimensi panjang 12,25 m, rentang sayap 11 m, tinggi 4,7 m, dan berat MTOW kisaran 5,5 ton.
Dapur pacu Yasin serupa dengan mesin jet tempur Kowsar, menggunakan sepasang mesin J90 bedaya 22.2 kN. Mesin turbofan J90 sendiri merupakan salinan dari J85 buatan General Electric dari AS.
Kecepatan terbang maksimum Yasin mencapai 900 km/jam, ketinggian terbang hingga 12.000 m, dan jangkauan operasi sejauh 1.500 km.
Yasin telah dilengkapi dengan glass cockpit canggih, terdiri dari tiga layar multifungsi (MFD) di kabin belakang dan depan, head-up display (HUD), dan sistem kontrol hands-on-throttle-and-stick (HOTAS).
Selain digunakan untuk mencetak pilot jet tempur, Yasin juga akan digunakan sebagai pesawat serang darat ringan.
Rencananya Kementerian Pertahanan Iran akan membeli 50 Yasin untuk menggantikan jet latih HESA Simorgh milik AU (IRIAF). Ditargetkan proses produksi Yasin mulai dijalankan pada 2020 mendatang.
Rangga Baswara Sawiyya
editor: ron raider