AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – BAE Systems mengatakan, program pengadaan 24 jet tempur Eurofighter Typhoon dan sembilan jet latih lanjut Hawk AJT (Advanced Jet Trainer) berjalan lancar.
Kelompok pertama pesawat ini akan diserahkan BAE Systems kepada Angkatan Udara Qatar (Qatar Emiri Air Force – QEAF) pada 2022.
Qatar dan BAE Systems menandatangani kontrak pembelian 24 Typhoon, 9 Hawk AJT, dan paket dukungan selama enam tahun pada Desember 2017 dan Juni 2018.
Penandatanganan saat itu disaksikan oleh Menteri Pertahanan Inggris Gavin Williamson dan Menteri Pertahanan Qatar Dr Khalid bin Mohammed al Attiyah.
Williamson mengatakan, jual beli sistem persenjataan antara Inggris dan Qatar akan meningkatkan hubungan kerja sama kedua negara dalam bidang pertahanan maupun sektor lain yang lebih luas.
Dengan adanya pembelian ini, ujarnya, BAE Systems menciptakan ribuan lapangan kerja baru dan akan memberikan pelatihan bagi warga negara Qatar.
Kontrak efektif pembelian kemudian ditandatangani kedua belah pihak pada September 2018 di mana Qatar melakukan pembayaran pertama dari nilai pembelian sebesar 5 miliar pound (6,24 miliar dolar AS).
Direktur BAE Systems Timur Tengah Tony Gilchrist menyatakan, saat ini progres pengerjaan pesawat berjalan lancar dan sesuai rencana.
“Sejak penandatanganan kontrak efektif dilaksanakan tahun lalu, semua terlaksana dengan baik. Kami akan mengirimkan pesawat sesuai jadwal. Tim kami di Inggris dan Qatar bekerja keras. Demikian juga dengan para mitra kami serta institusi yang mendukung program penting ini,” ujar Gilchrist dalam siaran pers BAE Systems, Rabu (18/9/2019).
Qatar menjadi negara kesembilan yang membeli Eurofighter Typhoon setelah Inggris, Spanyol, Saudi Arabia, Oman. Kuwait, Italia, Jerman, dan Austria.
Yang menarik, kerja sama ini juga mencakup pelaksanaan paket pelatihan dan operasi bersama antara Angkatan Udara Inggris (RAF) dengan QEAF.
Satu skadron baru Typhoon, yakni Skadron 12, akan dibentuk di RAF Coningsby, Lincolnshire dan digunakan secara bersama oleh RAF dan QEAF.
Ini adalah untuk pertama kalinya bagi RAF membentuk kembali skadron bersama dengan negara lain selepas Perang Dunia II.
Roni Sontani