AIRSPACE-REVIEW.com – Jet tempur siluman generasi keenam yang dikembangkan oleh BAE Systems Inggris, dipamerkan dalam ajang DSEI (Defence and Security Equipment International) 2019 di London pada 10-13 September ini.
Tidak hanya dalam wujud mock-up pesawat, namun kali ini Tempest juga ditemani jenis-jenis persenjataan buatan MBDA yang akan membekalinya kelak di medan penugasan.
Di antara pesenjataan buatan MBDA yang dipamerkan adalah rudal serang darat mikro. Ground Attack Micro-missiles dikembangkan sebagai senjata Tempest saat melaksanakan dukungan udara dekat (CAS). Dengan rudal berukuran mini ini, kualitas serangan Tempest diharapkan sangat letal.
Dikutip dari laman MBDA, bersama dengan Leonardo dan BAE Systems saat ini MBDA tengah mengembangkan konsep persenjataan Hard Kill Defensive Aid System (HK-DAS) yang dapat melakukan penjejakan, penargetan, dan pencegatan terhadap rudal maupun lingkungan yang mengancamnya.
Di luar yang dipamerkan, MBDA juga mengembangkan sistem misi terbuka PYRAMID yang dapat mendukung sistem komando dan kendali pertahanan udara berbasis darat (GBAD). Sistem ini akan membantu Tempest dalam melaksanakan misi udaranya.
Kemudian, dikembangkan pula sistem intelijen, pengamatan, dan pengintaian (ISR) bekerja sama dengan BAE Systems dan Leonardo guna melengkapi sempurnanya perangkat perang Tempest.
Sementara itu, dari ajang yang sama dilaporkan Defense News, Italia telah menyatakan niatnya bergabung dalam proyek Team Tempest yang dipimpin BAE Systems. Italia menjadi negara ketiga setelah Swedia menandatangani keikutsertaannya dalam program ini pada awal musim panas tahun ini.
Inggris mencanangkan, jet siluman Tempest yang akan dibuat dalam versi berawak dan tidak berawak ini dapat dioperasikan pada 2040. Pesawat ini akan menggantikan peran Eurofighter Typhoon di jajaran Angkatan Udara Kerajaan Inggris (RAF).
Swedia menilai sangat penting ikut serta dalam pengembangan Team Tempest bersama Inggris. CEO Saab Håkan Buskhe pada Juli lalu mengatakan, keikutsertaan industri dirgantara Swedia dalam proyek ini, bermanfaat bagi Saab dalam mengembangkan penempur mutakhir mereka, Gripen E.
Ia menerangkan, Gripen E bukan sekadar pesawat tempur secara fisik. Kelebihan pesawat ini, di antaranya adalah karena 75%-nya terletak pada perangkat lunaknya. Itu sebabnya, Saab menjuluki Gripen sebagai the Smart Fighter.
Walau ikut dalam proyek Team Tempest, Swedia tidak (atau belum?) menyatakan minatnya untuk ikut mengakuisisi jet siluman ini.
Seperti diketahui, jet tempur siluman diprediksi akan menjadi kekuatan udara dominan mulai 2030-an dan sekaligus menggantikan era penempur generasi keempat.
Negara-negara maju terus berlomba melahirkan jet siluman terbaik guna menyaingi hadirnya penempur-penempur generasi kelima seperti F-22, F-35, Su-57, J-20, maupun FC-31.
Perancis, Jerman, dan Spanyol juga tengah mengembangkan platform serupa dengan nama Future Combat Air Systems (FCAS) sebagai pengganti Rafale dan Typhoon.
Roni Sontani