AIRSPACE-REVIEW.com – Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) membeli sembilan unit helikopter Leonardo (AgustaWestland) AW169 dan dua AW189. Ke sebelas armada helikopter baru ini akan tiba di Indonesia mulai tahun depan dan lengkap diterima pada 2021.
Direktur Kepolisian Udara (Dirpoludara) Korpolairud Baharkam Polri Brigjen Pol Drs. Anang Syarif Hidayat kepada Airspace Review mengatakan, penandatanganan kontrak pertama telah dilaksanakan pada Desember 2018 dan akan diikuti dengan kontrak efektif pada akhir tahun ini.
“Setelah kontrak efektif, helikopter akan langsung dibuat dan enam bulan kemudian diterima,” ujar Anang di sela acara pembukaan Kursus Dasar Teknik Perawatan Pesawat Udara di Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) Curug, Tangerang, Banten pada Senin (19/8/2019).
Direktorat Kepolisian Udara menyekolahkan 36 mekanik pesawat (sayap tetap dan helikopter) untuk mengikuti kursus dasar ini di STPI.
Ditambahkan Anang, pembelian 11 helikopter buatan pabrik Leonardo Helicopters di Italia ini adalah untuk memodernisasi armada sayap putar Ditpoludara. Di antaranya untuk menggantikan heli BO 105 yang telah digunakan selama 30 tahun oleh Polri dengan kapasitas yang lebih besar.
“Heli AW169 dan AW189 memiliki kapasitas yang lebih besar dibanding BO 105. Hal ini sesuai dengan tuntutan kebutuhan yang telah dipetakan Polri. Kemudian, heli ini juga punya power yang besar untuk dipergunakan saat melaksanakan misi di dataran tinggi,” terangnya.
Nantinya, lanjut Anang, sembilan heli AW169 akan disebar ke Kepolisian Daerah (Polda) besar seperti Polda Jateng, Jatim, Makassar, Medan, Palembang, Bali, Polda di Kalimantan, dan Polda Papua.
Sementara AW189 akan ditempatkan di Jakarta yang sekaligus bisa mendukung kebutuhan di wilayah Polda terdekat seperti Polda Jabar.
Melihat kebutuhan yang ada, lanjut alumni Akademi Kepolisian (Akpol) 1988 ini, sebenarnya jumlah 11 heli yang akan dibeli masih kurang.
“Seperti diketahui, di Indonesia terdapat 34 Polda. Sebanyak 32 Polda butuh dukungan helikopter, sementara dua Polda butuh pesawat fixed wing,” jelasnya.
Guna mendukung operasional heli-heli ini nantinya, Ditpoludara akan mengirimkan sejumlah teknisi (mekanik) dan penerbang ke pabrikan heli untuk mendapatkan pelatihan.
Pelatihan penerbang akan dilaksanakan selama satu bulan, sementara untuk mekanik selama dua bulan.
Mengenai jumlah personel yang akan dikirim, untuk satu unit AW169 Ditpoludara akan mengirim 3 pilot dan 4 mekanik. Sementara untuk satu unit AW189 Ditpoludara akan mengirim 4 pilot dan 4 mekanik.
“Sehingga total yang akan dikirim adalah 44 mekanik dan 35 pilot,” ungkap Anang yang merupakan penerbang heli BO 105 ini.
Pilot yang akan dikirim berpangkat mulai dari Inspektur Dua (Ipda) hingga Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP). Mereka akan diseleksi dari pilot yang ada.
Brigjel Pol Anang yang lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) 1988 ini menambahkan, untuk perakitan helikopter AW169 dan AW189 nantinya akan dilaksanakan di Indonesia.
Baik heli AW169 maupun AW189, masing-masing ditenagai dua mesin. Perbedaan utama terletak pada spesifikasi di mana AW189 yang berukuran lebih besar memiliki kapasitas angkut dan spesifikasi lainnya yang lebih besar pula.
Bila AW169 dapat menampung 10 penumpang, maka AW189 dapat menampung hingga 19 penumpang.
Roni Sontani