AIRSPACE REVIEW (AngkasaReview.com) – Turki menghadapi masalah besar dari Amerika Serikat (AS) terkait pembelian sistem pertahanan udara (sishanud) S-400 Triumf.
Turki, tidak saja akan dikeluarkan sebagai mitra F-35 Lightning II, namun juga menghadapi kemungkinan embargo suku cadang jet tempur F-16.
Padahal seperti diketahui, Turki merupakan salah satu pengguna F-16 terbesar di luar AS dengan mengoperasikan 245 F-16C/D Fighting Falcon terdiri dari Block 30, 40, dan 50.
Demi menghadapi kemungkinan terburuk yang diterapkan AS, Ankara diberitakan telah menyetok suku cadang F-16 jauh-jauh hari.
Adalah Bloomberg (2/7), yang mengangkat isu tersebut. Namun sumber yang diwawancarai tidak menyebutkan kapan suku cadang F-16 diborong Turki.
Yang jelas, ujarnya, langkah tersebut memang diambil Ankara untuk mengantisipasi kemungkinan embargo militer oleh AS.
Untuk diketahui, pada 2018 Paman Sam telah mengingatkan Ankara untuk tidak melanjutkan pembelian sishanud S-400 dari Rusia.
Turki diketahui membeli S-400 Triumf usai Presiden Recip Tayyip Erdogan mengumumkan hal itu pada Juli 2017.
Washington berharap, Ankara mengalihkan pembelian ke sistem pertahanan udara Patriot yang AS tawarkan. Namun hal itu diabaikan oleh Erdogan.
Transfer teknologi dan produksi bersama S-400 dan bahkan S-500 Prometey (sistem yang lebih canggih), merupakan salah satu daya tarik bagi Turki untuk membeli S-400 di samping kemampuan dari sishanudnya itu sendiri.
Turki yang makin giat mengembangkan sistem persenjataan, membutuhkan negara mitra seperti Rusia bagi pengembangan teknologi modern di dalam negerinya. Sebagai contoh, Turki saat ini tengah mengembangkan jet tempur generasi kelima, Turkish Fighter (TF).
Terkait pembelian S-400, Kantor Berita Rusia TASS (4/7) melaporkan, pengiriman sishanud berbasis rudal darat ke udara jarak jauh ini akan segera dikirimkan Moskow kepada Ankara dalam sepuluh hari ke depan.
S-400 Triumf mampu menghancurkan segala macam sasaran di udara hingga jarak 400 km dan ketinggian mencapai lebih 30 km.
Roni Sontani