AIRSPACE REVIEW (angkasareview.com) – Perseteruan antara dua negara sahabat Turki dan Amerika Serikat (AS) kian memanas sebagai ekses dari pembelian sistem pertahanan udara S-400 Triumf dari Rusia. Bila Turki bersikukuh melanjutkan pengadaan S-400 Triumf, maka AS mengancam akan memulangkan 42 pilot AU Turki yang sedang berlatih menerbangkan F-35A di Luke AFB dan Eglin AFB hingga 31 Juli 2019.
Jika Turki mengalah dengan membatalkan pembelian S-400 Triumf maka dipastikan Angkatan Udara (AU) Turki akan mendapatkan pesanan 100 jet siluman F-35A secara bergelombang dengan lancar. AS juga telah menawarkan sistem rudal pertahanan udara MIM-104 Patriot sebagai pengganti S-400 Triumf.
Menjadi pertanyaan besar apakah Turki akan mengalah atau malah sebaliknya melawan tekanan dari AS?
Nah, harian pro-pemerintah Turki, Yeni Safak pada Minggu (9/6/2019) mewartakan bahwa pemerintahan Presiden Recep Tayyip Erdogan sedang mempertimbangkan alternatif lain untuk mencari pengganti F-35A. Dengan kata lain, pembelian S-400 Triumf akan terus dijalankan.
Berita terkahir menyebut, personel Militer Turki telah dikirim ke Rusia untuk pelatihan mengoperasikan S-400 Triumf.
Dalam pemberitaannya, Yeni Safak menyebutkan Turki akan mempertimbangkan pembelian jet tempur generasi kelima yang tersedia di pasaran saat ini, yakni Sukhoi Su-57 “Aerial Ghost” dari Rusia atau Shenyang FC-31 Gyrfalcon buatan China.
Bila AU Turki memilih Su-57 mungkin bisa terpenuhi karena pesawat rancangan Sukhoi ini akan diproduksi tahun ini untuk memenuhi pesanan AU Rusia.
Hanya saja, AU Turki tak bisa mendapatkannya secara cepat alias harus menunggu antrean. Lalu bagaimana dengan FC-31 buatan China? Pastinya akan lebih lama lagi karena pesawat masih dalam taraf pengembangan.
Berkisah mengenai jet tempur FC-31 (kode untuk ekspor dari J-31), keberadaan pesawat ini mulai terendus media pada September 2011. Foto mock-up pesawat yang juga disebut sebagai F-60 ini beredar luas di dunia maya. Setahun kemudian purwarupa FC-31 mulai telihat di landas pacu untuk persiapan uji coba.
Penerbangan perdana FC-31 bernomor registrasi 31001 ini akhirnya mulai terlaksana pada 31 Oktober 2012.
Sebelumnya pada 11 Januari 2011, jet tempur Chengdu J-20 telah mengudara pertama kali. Penerbangan kedua jet siluman tersebut menjadikan China sebagai negara ke-2 yang berhasil membuat jet tempur generasi kelima setelah AS.
Pengembangan FC-31 sendiri belumlah final, rancang bangun pesawat masih terus disempurnakan oleh Shenyang.
Purwarupa kedua FC-31 mengalami perubahan desain. Terlihat FC-31 mengadopsi sirip tegak model baru. Begitu juga dengan sayap ekor dan sirip ekor belakang dengan tampilan baru.
Lalu bagaimana kemampuan yang ditawarkan dari FC-31? Shenyang sendiri belumlah merilis spesifikasi dan kinerja dari FC-31 secara resmi.
Dari informasi yang banyak beredar, disebutkan FC-31 memiliki kisaran panjang 16,9 m, rentang sayap 11,5 m, dan tinggi sekitar 4,8 m. Purwarupa FC-31 masih mengadopsi sepasang mesin RD-93 buatan Rusia berkekuatan dorong masing-masing 85 kN. Namun, versi produksi akan menggunakan mesin buatan lokal turunan RD-93 yakni WS-13 yang telah digunakan pada jet tempur JF-17.
Jet tempur FC-31 memiliki kecepatan maksimum antara 1,8 sampai 2 Mach. Jangkauan tempurnya diperkiran mencapai 1.250 km dengan menggunakan bahan bakar internal. Sementara dengan sepasang tangki eksternal tambahan jangkauannya meningkat menjadi 2.000 km.
Layaknya desain pesawat siluman, FC-31 memiliki ruang senjata di bawah perutnya dengan kapasitas hingga 2.000 kg. Pilihan senjata yang dibawa berupa kombinasi sepasang rudal udara ke udara jarak dekat PL-10 dan rudal jarak sedang jenis PL-12.
Dalam versi mode non stealth, FC-31 dapat ditambahi tiga gantungan senjata pada setiap bawah sayapnya dengan kapasitas muat mencapai 8.000 kg. Pylon ini dapat digunakan untuk menggantung beragam jenis bom maupun rudal udara ke darat termasuk tangki bahan bakar eksternal.
Jet FC-31 sendiri hingga saat ini belum dapat dipastikan kapan akan masuk jalur produksi. Namun keberadaannya kelak memang akan ditawarkan untuk memenuhi pasar ekspor layaknya jet tempur JF-17. Sementara J-20 lebih difokuskan untuk memenuhi kebutuhan AU Tentara Pembebasan Rakyat (PLAAF).
Disebutkan, J-31 juga ditawarkan untuk Penerbangan AL Tentara Pembebasan Rakyat (PLANAF). Hal ini terlihat dari penerapan roda depan ganda pada FC-31, mengindikasikan pesawat untuk beroperasi dari atas kapal induk.
Seperti diketahui China sedang membangun kapal induk super Type 002 yang jauh lebi besar dari Type 001 Liaoning dan 001A Shandong.
Rangga Baswara Sawiyya
editor: ron raider